KPBB Dorong Industri Energi Beranjak dari Greenwashing ke Green Lifestyle

Jumat, 08 November 2024 | 15:28:42 WIB
Electricity Connect 2024

Jakarta - Dalam upaya mempercepat transisi energi bersih menuju Net Zero Emission (NZE) yang dicanangkan pemerintah, industri energi di Indonesia perlu didorong untuk mengimplementasikan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (Environmental, Social, & Governance/ESG) sebagai bagian dari gaya hidup perusahaan, bukan sekadar formalitas atau pencitraan.

Upaya menuju NZE 2060 ini salah satunya diimplementasikan melalui Electricity Connect 2024 bertajuk ‘Go Beyond Power Energizing The Future’ yang diinisiasi oleh PT PLN (Persero) dan Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI).

Ketua Panitia Electricity Connect 2024, Arsyadanny G. Akmalaputri  mengatakan acara ini menjadi platform kunci untuk memperkuat kemitraan dalam transisi energi dan mendukung tercapainya target dalam pengurangan emisi dan elektrifikasi berkelanjutan.

"Hal ini selaras dengan komitmen global seperti Perjanjian Paris dan agenda NZE 2060," ucapnya.

Mengenai hal ini, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), Ahmad Safruddin, mengatakan untuk mempercepat transisi energi bersih dan target NZE, diperlukan perubahan mindset bagi para pelaku industri energi dan ketenagalistrikan, sekaligus memandang bahwa ESG sebagai bagian dari gaya hidup perusahaan.

“Sebenarnya semua akan kembali ke persoalan etika. Kembali ke naluri pengelolanya ya, mulai dari CEO, manajemen, sampai ke level staf-staf bawah itu harus memiliki satu kesatuan yang memang ESG itu harus benar-benar diimplementasikan sebagai sebuah lifestyle, bukan greenwashing,” ujarnya saat dihubungi pada Jumat (8/11).

Ia berharap pelaku industri energi dan ketenagalistrikan yang akan hadir pada Electricity Connect 2024 yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat pada 20-22 November nanti mampu menerapkan prinsip ESG dengan menyeluruh.

Menurutnya, prinsip ESG idealnya menjadi kebutuhan bagi perusahaan di sektor energi dan ketenagalistrikan. Akan tetapi, saat ini masih ada perusahaan energi dan ketenagalistrikan yang menggunakan ESG sebagai greenwashing atau pencitraan saja.

“Hampir semua perusahaan termasuk perusahaan yang memproduksi energi, kendaraan Listrik, semua itu menggunakan ESG hanya semacam greenwashing saja, masalahnya di situ. Kami ini skeptis ya, karena faktanya sebagian besar masih menggunakannya sebagai greenwashing,” kata Safrudin.

Pemerhati lingkungan perkotaan ini menegaskan, jika para pelaku industri ini telah mengubah mindset mereka, akan secara mudah mengadopsi prinsip ESG ke dalam tiap kebijakan perusahaan.

“Artinya, dalam keseharian ya (ESG) ini lifestyle mereka dalam berkarya. Kalau sudah menjadi lifestyle, mindset-nya ya mindset ESG secara genuine,” jelas Safrudin.

Sebagai informasi, program transisi energi bersih menuju NZE pada 2060 masih menjadi isu bagi para pemangku kepentingan dari pemerintah, industri energi hingga pemerhati lingkungan. Salah satunya terkait aspek ESG yang kini telah menjadi prinsip penting pada pengelolaan operasional perusahaan.

Isu perubahan iklim (climate change) dan pemanasan global telah mengubah pandangan investor dan konsumen terhadap ‘proses seleksi’ perusahaan mana saja yang memegang komitmen terkait keberlanjutan (sustainability).

Perusahaan yang mengadopsi prinsip ESG diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran tinggi mengenai isu lingkungan dan sosial pada tiap keputusan bisnis, khususnya yang terkait kebijakan dalam jangka panjang.

Adapun pelaku industri yang menerapkan prinsip ini tidak hanya akan memperoleh keuntungan secara finansial saja, namun juga dapat menciptakan dampak positif bagi lingkungan sekitar, termasuk masyarakat. Sehingga pada akhirnya kebijakan perusahaan turut berkontribusi dalam terciptanya ekonomi hijau yang berkelanjutan.

Pemerintah melalui perusahaan pelat merah yang berada di bawah naungan Kementerian BUMN, yakni PLN menggandeng MKI menggelar ajang Electricity Connect 2024 bertajuk ‘Go Beyond Power Energizing The Future’ dalam rangka memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam mempercepat transisi EBT.

Acara ini akan dihadiri lebih dari 500 exhibitor dan 15.000 pengunjung dari berbagai profesi yang fokus pada bidang ketenagalistrikan. Pada acara ini, para pemangku kepentingan dan pelaku industri ketenagalistrikan diharapkan untuk tidak hanya bertukar informasi mengenai teknologi energi bersih saja, namun juga berbagi wawasan mengenai smart grid, hingga memperkuat kolaborasi global untuk mencapai transisi energi menuju NZE pada 2060.

Diharapkan upaya Indonesia untuk menuju ketahanan energi dan membangun sistem ketenagalistrikan terintegrasi di Kawasan ASEAN dapat secara cepat terealisasikan, demi terciptanya ekonomi hijau berkelanjutan.

Terkini