Proyek MRT Jakarta Fase 2A Dikembangkan Hutama Karya

Kamis, 28 Agustus 2025 | 09:06:18 WIB
Proyek MRT Jakarta Fase 2A Dikembangkan Hutama Karya

JAKARTA - Peningkatan konektivitas transportasi publik Jakarta kembali diperkuat melalui pembangunan MRT Jakarta Fase 2A CP203. Proyek yang digarap PT Hutama Karya (Persero) atau HK ini mencakup dua stasiun ikonik Glodok dan Kota serta terowongan bawah tanah sepanjang 1,459 kilometer.

Pembangunan infrastruktur ini tidak hanya menambah jalur transportasi, tetapi juga diharapkan memberi dampak langsung pada kawasan wisata sejarah dan perdagangan yang menjadi salah satu magnet utama ibu kota. Dengan keberadaan stasiun baru ini, masyarakat dapat menikmati perjalanan lebih singkat, aman, sekaligus ramah lingkungan.

“Proyek milik MRT Jakarta (Perseroda) ini ditandatangani pada 19 April 2021, dan setelah penanganan temuan cagar budaya berupa rel trem dan drainase terracotta, waktu penyelesaian diperbarui menjadi pertengahan 2027,” jelasnya.

Konsep Stasiun: Perpaduan Warisan Budaya dan Mobilitas Modern

Stasiun Glodok akan membawa nuansa Layers of History: Chinatown Heritage & Commercial Area dengan dominasi aksen merah yang merepresentasikan kawasan Pecinan. Sementara itu, Stasiun Kota mengusung konsep Dwara Batavia: The Gate of Batavia, memadukan gaya arsitektur kolonial Beos dengan ritme pergerakan urban modern.

“Kedua stasiun dirancang sebagai simpul Transit Oriented Development (TOD) dengan trotoar ramah pejalan kaki, aksesibilitas penuh bagi disabilitas, serta integrasi dengan Transjakarta. Khusus Stasiun Kota, integrasi langsung juga dilakukan dengan Commuter Line,” tambah Adjib.

Bukan hanya sekadar tempat naik-turun penumpang, kehadiran stasiun baru ini diharapkan menjadi simbol keseimbangan antara sejarah dan perkembangan kota.

Teknologi dan Metode Konstruksi Ramah Lingkungan

Dalam pengerjaan konstruksi, HK menerapkan metode top-down untuk struktur bawah tanah, sementara pengerjaan terowongan dilakukan dengan Tunnel Boring Machine (TBM). Mengingat kawasan yang digarap berada di area padat bangunan, teknologi penggali hidrolik bergetar rendah dipilih agar getaran tidak merusak lingkungan sekitar.

Selain itu, dinding ganda digunakan untuk menahan tekanan air tanah. Bangunan cagar budaya pun dilindungi sensor getaran otomatis, sedangkan tingkat kebisingan dipantau secara rutin. Uji coba galian turut dilakukan untuk memetakan utilitas bawah tanah yang sudah ada.

Dari sisi keselamatan, stasiun akan dilengkapi fire shutter yang terhubung dengan Building Automation System (BAS) dan mampu menahan api hingga dua jam.

Detail Dimensi dan Tenaga Kerja Lokal

Stasiun Glodok dirancang dengan dimensi 240 x 23,1 meter, memiliki dua lantai, serta kedalaman 19,7 meter. Adapun Stasiun Kota lebih besar dengan panjang 411 meter, tiga lantai, dan kedalaman 23,45 meter.

HK juga memanfaatkan teknologi perencanaan digital agar sistem arsitektur, listrik, air, dan ventilasi bisa saling terhubung tanpa kendala. Hingga Juli 2025, tercatat 879 pekerja terlibat dalam proyek ini, dengan 97,3 persen di antaranya merupakan tenaga kerja lokal. Hal ini menjadi bukti bahwa pembangunan infrastruktur juga mendorong pemberdayaan masyarakat sekitar.

Manfaat Strategis bagi Jakarta

Ketika beroperasi kelak, lintasan Glodok–Kota diyakini akan menjadi jalur penting untuk mengurangi kemacetan, khususnya di koridor wisata dan perdagangan yang kerap dipadati pengunjung. Selain memperlancar arus menuju kawasan Kota Tua, jalur ini juga memperkuat integrasi transportasi antar moda di ibu kota.

“Ketika beroperasi, lintasan Glodok–Kota diharapkan mengurangi kemacetan pada koridor wisata dan perdagangan padat, memperlancar arus pengunjung Kota Tua, serta menghubungkan titik strategis Jakarta melalui jalur yang cepat dan teratur,” pungkas Adjib.

Pembangunan MRT Jakarta Fase 2A CP203 bukan sekadar proyek fisik, tetapi juga langkah strategis untuk membawa wajah Jakarta menuju kota modern yang berakar pada sejarah, sekaligus menyediakan fasilitas transportasi publik yang layak, aman, dan terintegrasi.

Terkini