JAKARTA - Peringatan 80 tahun kemerdekaan Indonesia tidak hanya dirayakan dengan seremoni, tetapi juga ditandai dengan hadirnya infrastruktur strategis yang memberi manfaat nyata bagi masyarakat. PT Hutama Karya (Persero) mengambil peran penting dalam perjalanan ini. Selama puluhan tahun, perusahaan BUMN konstruksi dan jalan tol tersebut telah menjadi motor penggerak pembangunan konektivitas Tanah Air.
Hingga kini, lebih dari 50 proyek jalan, tol, dan jembatan berhasil diselesaikan dengan total panjang mencapai 1.220 kilometer. Capaian ini bukan sekadar angka, melainkan representasi dari upaya menghadirkan mobilitas yang lebih cepat, biaya logistik yang lebih efisien, serta akses yang lebih terbuka ke berbagai sektor publik, pariwisata, hingga ekonomi lokal.
“Dari Tol Cawang–Priok tahun 1987 hingga Trans Sumatera hari ini, fokus kami tetap sama: menghadirkan konektivitas yang memudahkan mobilitas orang dan barang, serta memperkuat ekosistem layanan publik,” ujar Adjib Al Hakim, EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya.
- Baca Juga KUR BRI 2025: Cicilan Rp56 Ribu Per Hari
Komitmen ini sejalan dengan visi Asta Cita menuju Indonesia Emas 2045, di mana pembangunan infrastruktur menjadi salah satu fondasi utama pertumbuhan nasional.
Trans Sumatera, Arah Baru Konektivitas Barat Indonesia
Salah satu proyek terbesar yang digarap Hutama Karya adalah Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). Proyek strategis dengan panjang sekitar 951,7 km ini membentang di delapan provinsi, menghadirkan 14 ruas yang telah beroperasi serta tiga ruas lain yang masih dalam tahap konstruksi.
Manfaatnya terasa nyata bagi masyarakat. Contohnya, ruas Tol Pekanbaru–Dumai yang mampu memangkas waktu perjalanan dari sebelumnya 4 jam menjadi hanya 1,5 jam. Demikian juga dengan ruas Terbanggi Besar–Pematang Panggang–Kayu Agung sepanjang 189 km yang menjadi koridor vital penghubung Lampung dengan Sumatra Selatan.
Lebih dari sekadar mempercepat mobilitas, JTTS telah menjadi tulang punggung pembangunan ekonomi di wilayah barat Indonesia, sekaligus membuka peluang baru bagi industri logistik, pariwisata, dan UMKM lokal.
Infrastruktur Strategis di Berbagai Daerah
Peran Hutama Karya tidak hanya terlihat di Sumatra. Proyek-proyek penting di berbagai wilayah turut mengukir sejarah tersendiri.
Tol Bali–Mandara (12,7 km): mempercepat mobilitas wisatawan dan meningkatkan kunjungan hingga 20%.
Tol Cawang–Priok: pionir penggunaan teknologi Sosrobahu yang kemudian mendunia.
Jalan strategis IKN: memperkuat konektivitas pusat pemerintahan baru dengan daerah sekitar.
Papua: ruas Muri–Kwartisore (±16 km) membuka akses ke wilayah terpencil.
Jawa Timur: perbaikan jalur Jolosutro–Sendangbiru yang mendukung sektor pariwisata dan pertanian.
Setiap proyek hadir bukan hanya untuk menjawab kebutuhan transportasi, melainkan juga memberi dampak sosial-ekonomi yang signifikan di wilayah sekitarnya.
Ikon Jembatan Nusantara
Selain jalan tol, sejumlah jembatan monumental juga menjadi bagian dari portofolio Hutama Karya. Keberadaan jembatan-jembatan ini tidak hanya menjadi sarana penghubung, tetapi juga simbol persatuan bangsa.
Beberapa di antaranya adalah Jembatan Suramadu yang menyatukan Jawa dan Madura, Jembatan Pulau Balang sepanjang 804 meter dengan teknologi cable stayed yang mempercepat mobilitas di Kalimantan Timur, Jembatan Rumpiang sepanjang 753 meter di Barito Kuala, serta Jembatan Youtefa di Papua yang kini menjadi ikon wisata sekaligus akses vital transportasi.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Hasil pembangunan infrastruktur Hutama Karya dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Penurunan biaya logistik hingga 30–40% menjadi bukti nyata. Perjalanan darat Medan–Jakarta kini bisa ditempuh sekitar 20 jam, jauh lebih singkat dibandingkan sebelumnya yang memakan waktu 30 jam.
Setiap ruas tol rata-rata menyerap 400–700 pekerja, dengan 60% di antaranya berasal dari tenaga lokal. Efek ganda lainnya antara lain peningkatan sektor pariwisata, tumbuhnya UMKM di sekitar ruas jalan, serta distribusi kebutuhan pokok, pendidikan, dan layanan kesehatan yang lebih cepat.
Menatap Masa Depan Infrastruktur
Hutama Karya tidak berhenti pada capaian hari ini. Ke depan, fokus perusahaan adalah menyelesaikan seluruh jaringan JTTS dan mempercepat proyek Trans Papua. Inovasi berbasis teknologi pun disiapkan. Smart infrastructure dengan Internet of Things (IoT) akan digunakan untuk pemantauan real-time serta pemeliharaan prediktif yang diyakini mampu menekan biaya hingga 25%.
Di sisi lain, perusahaan juga menegaskan komitmen pada keberlanjutan dengan target net zero emission 2060. Upaya ini ditempuh melalui pemanfaatan teknologi ramah lingkungan, pemberdayaan UMKM, serta optimalisasi tenaga kerja lokal.
“Infrastruktur harus mempermudah hidup, mendorong usaha, dan memperkuat layanan publik. Dengan kolaborasi semua pihak, kami terus bergerak menuju Indonesia Maju,” tutup Adjib.