JAKARTA - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kembali jatuh pada perdagangan Senin, 13 Oktober 2025. Penurunan ini dipicu oleh ekspektasi pasar terhadap pasokan yang melimpah dari Malaysia, sehingga membuat investor bersikap hati-hati.
Di Bursa Malaysia, kontrak pengiriman Desember ditutup pada MYR 4.496 per ton, turun 1,06% dibandingkan akhir pekan sebelumnya. Penurunan ini menandai tekanan harga yang cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir.
Laporan Malaysian Palm Oil Board (MPOB) menjadi faktor pemberat utama. MPOB mencatat stok produk minyak sawit Malaysia pada September meningkat 7,2% menjadi 2,36 juta ton, tertinggi dalam dua tahun terakhir.
Selain itu, perkembangan harga minyak nabati lain juga memengaruhi sentimen pasar CPO. Harga minyak kedelai di bursa Dalian, China, turun 0,67%, sementara harga minyak biji bunga matahari turun 0,35%.
Dengan harga minyak nabati lain yang lebih murah, keuntungan untuk beralih ke CPO berkurang. Investor menilai berbagai komoditas nabati tersebut dapat saling menggantikan dalam rantai pasokan minyak global.
Analisis Teknikal CPO: Zona Bullish Tetap Terjaga
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO masih berada di zona bullish. Indikator Relative Strength Index (RSI) berada pada level 65, menandakan momentum kenaikan masih cukup kuat.
Namun, Stochastic RSI sudah menyentuh 100, menandakan kondisi overbought atau jenuh beli. Hal ini menjadi peringatan bagi investor bahwa potensi koreksi jangka pendek sangat mungkin terjadi.
Target resistensi terdekat CPO berada di MYR 4.529 per ton, sesuai Moving Average (MA) 5. Jika berhasil menembus level ini, harga bisa menguji MYR 4.581 per ton sebagai pivot point berikutnya.
Target resistensi paling optimistis ditetapkan pada MYR 4.695 per ton. Level ini menjadi acuan bagi investor jangka menengah untuk menilai potensi keuntungan maksimal sebelum tekanan jual meningkat.
Sementara itu, target support terdekat ada di MYR 4.487 per ton. Jika level ini ditembus, harga CPO berpotensi turun lebih dalam ke rentang MYR 4.466–4.446 per ton.
Support paling pesimistis atau level terendah yang mungkin dicapai diperkirakan berada di MYR 4.172 per ton. Investor disarankan tetap memperhatikan pergerakan harga harian untuk antisipasi fluktuasi ekstrem.
Faktor Eksternal yang Memengaruhi Pergerakan Harga
Selain stok domestik, harga CPO juga dipengaruhi oleh tren harga minyak nabati global. Penurunan harga minyak kedelai dan bunga matahari menekan daya tarik CPO sebagai komoditas alternatif.
Faktor cuaca dan produksi juga tetap menjadi penggerak utama harga. Prediksi panen sawit yang stabil di Malaysia dan Indonesia menambah tekanan terhadap harga CPO.
Permintaan biodiesel turut menentukan arah pergerakan harga. Meskipun Indonesia merupakan produsen biodiesel terbesar dunia, fluktuasi harga minyak nabati lainnya tetap dapat menahan kenaikan CPO.
Proyeksi Jangka Pendek dan Saran Investor
Secara jangka pendek, harga CPO berpotensi mengalami volatilitas tinggi. Investor perlu mewaspadai titik support dan resistensi untuk mengantisipasi risiko kerugian.
Tekanan jual kemungkinan meningkat bila indikator overbought tidak segera terkoreksi. Sebaliknya, tembusnya target resistensi bisa membuka peluang kenaikan lanjutan dalam beberapa sesi perdagangan mendatang.
Secara keseluruhan, meski CPO masih berada di zona bullish, tekanan dari pasokan berlebih dan harga minyak nabati global membuat investor harus tetap waspada. Strategi manajemen risiko dan pemantauan harian menjadi kunci untuk menjaga portofolio tetap aman.