JAKARTA - Sering kali kita salah kaprah menganggap antiperspiran dan deodoran sama. Padahal, meski keduanya berfungsi untuk ketiak yang mudah berkeringat, cara kerjanya sangat berbeda.
Pemahaman yang tepat tentang kedua produk ini penting agar penggunaannya efektif dan aman. Memilih kapan menggunakan antiperspiran atau deodoran dapat memengaruhi kenyamanan sehari-hari.
Spesialis dermatologi Lauren Zamborsky CNP menjelaskan perbedaan cara kerja keduanya. Banyak orang ingin tahu mana yang lebih baik untuk kebutuhan pribadi mereka.
Cara Kerja Antiperspiran
Antiperspiran mengurangi jumlah keringat yang dihasilkan tubuh. Salah satu bahan aktif utamanya adalah garam aluminium yang menyumbat pori-pori pada lapisan luar kulit.
“Garam aluminium dalam antiperspiran mengurangi aliran keringat di ketiak dengan membatasi akses ke bagian atas kelenjar keringat,” jelas Zamborsky.
Selain menekan keluarnya keringat, aluminium juga membantu mengurangi bau. Lebih sedikit keringat berarti lebih sedikit bakteri, sehingga aroma tidak sedap berkurang.
Kekhawatiran umum terkait antiperspiran adalah risiko kanker payudara. “Belum ada penelitian yang membuktikan aluminium menyebabkan kanker payudara,” tambah Zamborsky.
Faktanya, jaringan payudara normal maupun kanker memiliki kadar aluminium yang sama. American Cancer Society menyebut klaim ini belum didukung bukti ilmiah yang kuat.
Perbedaan Utama Deodoran dan Antiperspiran
Deodoran tidak mencegah atau mengurangi keringat. Fungsinya adalah menutupi dan menetralkan bau tidak sedap menggunakan bahan seperti soda kue atau alkohol.
Sementara itu, antiperspiran bekerja menghambat produksi keringat. Kandungan aluminium membuat keringat lebih sedikit sehingga bau pun berkurang.
Perbedaan utama terletak pada fungsi dan kandungan: antiperspiran mengontrol keringat, deodoran menetralkan bau. Produk keduanya sama-sama aman digunakan setiap hari.
Keduanya hadir dalam berbagai bentuk, mulai semprot, bubuk, gel, lotion, hingga roll-on. Beberapa versi ‘kekuatan klinis’ menawarkan perlindungan ekstra bagi yang banyak berkeringat.
Namun, iritasi kulit bisa terjadi terutama pada produk yang mengandung parfum atau pewarna. Kulit sensitif sebaiknya memilih formula bebas pewangi agar tetap sehat.
Tips Aman Menggunakan Antiperspiran dan Deodoran
Zamborsky menekankan pentingnya mengoleskan produk pada kulit yang bersih dan kering. Banyak orang mengaplikasikannya setelah bercukur, padahal kulit sedang sensitif.
Penggunaan di kulit yang teriritasi dapat memicu ruam atau dermatitis kontak. Untuk mencegah hal ini, tunggu hingga kulit pulih sebelum memakai antiperspiran atau deodoran.
Bagi kulit sensitif, selalu cek daftar bahan sebelum membeli produk. Pilih yang bebas pewarna dan pewangi untuk meminimalkan risiko iritasi.
Beberapa orang memilih kombinasi antiperspiran di malam hari dan deodoran di pagi hari. Antiperspiran bekerja lebih efektif saat keringat sedikit, sehingga efeknya bisa bertahan hingga delapan jam.
Setelah itu, deodoran dapat digunakan di pagi hari untuk menutupi bau badan. Strategi ini membantu menjaga kesegaran dan kenyamanan sepanjang hari.
Kapan Memilih Antiperspiran atau Deodoran
Pemilihan produk tergantung pada tingkat keringat dan kebutuhan pribadi. Jika ingin menekan keringat berlebih, antiperspiran lebih tepat digunakan.
Sedangkan bagi yang ingin hanya menetralkan bau, deodoran sudah cukup. Tidak ada yang lebih baik secara mutlak, semua tergantung kondisi tubuh dan aktivitas harian.
Dengan memahami perbedaan ini, penggunaan produk menjadi lebih efektif dan aman. Kamu bisa menyesuaikan pilihan agar tetap percaya diri dan nyaman sepanjang hari.
Kunci dari penggunaan antiperspiran maupun deodoran adalah konsistensi dan kesesuaian dengan kondisi kulit. Kedua produk bisa saling melengkapi jika digunakan dengan strategi yang tepat.
Mengerti perbedaan fungsi keduanya membuat kita tidak salah pilih dan memaksimalkan manfaat. Baik antiperspiran maupun deodoran aman digunakan, asalkan sesuai aturan dan kebutuhan pribadi.