Kamis, 28 November 2024

PLN IP Gunakan Biomassa Sawdust untuk Mengurangi Emisi dan Meningkatkan Ekonomi Lokal

PLN IP Gunakan Biomassa Sawdust untuk Mengurangi Emisi dan Meningkatkan Ekonomi Lokal

JAKARTA-PLN Indonesia Power (PLN IP) terus berinovasi di berbagai sektor bisnisnya, termasuk dalam program cofiring di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Melalui Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Singkawang, PLN IP menggunakan biomassa dari limbah serbuk gergaji (sawdust) sebagai campuran energi primer di PLTU Bengkayang, Kalimantan Barat. Inisiatif ini tidak hanya mendukung transisi energi di Indonesia tetapi juga memberikan manfaat ganda bagi korporasi dan masyarakat yang mengalami peningkatan kesejahteraan.

Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra, menjelaskan bahwa penggunaan biomassa sawdust sebagai pengganti sebagian batubara adalah bagian dari komitmen PLN dalam transisi energi dan upaya mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060. "Penerapan biomassa di PLTU Bengkayang akan mengurangi emisi dari sektor kelistrikan, mendukung pemerintah dalam pencapaian target Net Zero Emission," ungkap Edwin.

Edwin menambahkan bahwa uji bakar cofiring biomassa sawdust di PLTU Bengkayang melibatkan penggunaan 250 ton sawdust, setara dengan 10% dari total konsumsi batubara harian. "Uji bakar ini adalah langkah awal kami dalam konversi energi ke sumber terbarukan," katanya.

Baca Juga

Tingkatkan Keandalan Pasokan Listrik Jelang Siaga Nataru 2024, PLN UIT JBB Lakukan Pemeliharaan Infrastruktur

Manajer PLN IP UBP Singkawang, Slamet Muji Raharjo, menyatakan bahwa target produksi listrik dari biomassa di PLTU Bengkayang adalah 5.000 MW, atau sekitar 4% dari total produksi listrik tahunan PLTU tersebut. "Kami akan melanjutkan penggunaan biomassa sawdust dan alternatif lainnya secara berkelanjutan," kata Slamet.

Program cofiring sawdust ini melibatkan masyarakat lokal, termasuk kelompok Sawmill. Ketua Sawmill, Muhsinin, mengungkapkan manfaat dari program ini, yaitu peningkatan produktivitas dan nilai ekonomi bagi masyarakat. "Sebelumnya, limbah sawdust menumpuk di area kerja, kini program cofiring ini memberikan penghasilan tambahan, dengan pekerja memperoleh sekitar Rp 100 ribu per truk, atau Rp 3 juta per bulan, yang melebihi UMK di Mempawah," jelas Muhsinin.

Selain manfaat ekonomi, program ini juga berkontribusi pada perbaikan lingkungan dengan mengatasi permasalahan limbah kayu. "Biomassa sawdust memberikan manfaat besar, baik bagi kesejahteraan masyarakat maupun kelestarian lingkungan," tambah Muhsinin.

PLN IP sebelumnya juga telah menerapkan cofiring di PLTU Bengkayang menggunakan limbah racik uang kertas (LRUK) sebagai bahan bakar pengganti batubara, hasil kolaborasi dengan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Barat.

Redaksi

Redaksi

wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Optimalisasi Keandalan Listrik: Langkah Strategis PLN UIT JBB Sambut Nataru 2024

Optimalisasi Keandalan Listrik: Langkah Strategis PLN UIT JBB Sambut Nataru 2024

Jelang Nataru 2024, PLN UIT JBB Tingkatkan Kesiapan Lewat Pemeliharaan Intensif

Jelang Nataru 2024, PLN UIT JBB Tingkatkan Kesiapan Lewat Pemeliharaan Intensif

PLN UIT JBB Fokus pada Pemeliharaan Infrastruktur Demi Keandalan Listrik Nataru 2024

PLN UIT JBB Fokus pada Pemeliharaan Infrastruktur Demi Keandalan Listrik Nataru 2024

Sambut Nataru 2024, PLN UIT JBB Pastikan Pasokan Listrik Tetap Optimal

Sambut Nataru 2024, PLN UIT JBB Pastikan Pasokan Listrik Tetap Optimal

Tingkatkan Keandalan Pasokan Listrik, PLN UIT JBB Lakukan Pemeliharaan Menyeluruh Jelang Nataru

Tingkatkan Keandalan Pasokan Listrik, PLN UIT JBB Lakukan Pemeliharaan Menyeluruh Jelang Nataru