Electricity Connect 2024, Momentum Penting Menuju Transisi Energi Bersih dan Target NZE 2060
- Sabtu, 09 November 2024
Jakarta – Pemerintah terus menggaungkan kebijakan penggunaan kendaraan listrik sebagai bagian dari upaya untuk mempercepat transisi ke Energi Baru Terbarukan (EBT) guna mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Salah satu bentuk komitmen ini diwujudkan melalui Electricity Connect 2024 bertajuk ‘Go Beyond Power Energizing The Future’ yang diinisiasi oleh PT PLN (Persero) dan Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI).
Ketua Panitia Electricity Connect 2024, Arsyadanny G. Akmalaputri mengatakan prioritas isu transisi energi dan pengembangan energi baru dan terbarukan akan tercermin pada peserta pameran dan konferensi guna mendukung NZE.
“Isu transisi energi membutuhkan investasi besar dan perlu diperkuat dan dilaksanakan oleh semua negara termasuk di Asia yang tercermin pada para peserta pameran konferensi," ujarnya.
Menganggapi hal itu, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), Ahmad Safrudin, menyambut positif event ini. Dirinya berharap Electricity Connect 2024 dapat menampilkan teknologi yang mampu mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan emisi gas rumah kaca demi mencapai transisi energi bersih.
“Harapannya, (event Electricity Connect 2024) dapat menampilkan teknologi yang secara genuine bisa mereduksi emisi karbon,” ujarnya saat dihubungi, pada Jumat (9/11).
Selain itu, Safrudin berpesan agar pemangku kepentingan juga memperhatikan emisi karbon pada produk yang akan ditampilkan pada gelaran Electricity Connect 2024. Sehingga, selain barang yang dipamerkan kualitasnya bagus, jejak emisinya juga diharapkan mendekati nol.
Sebagai pemerhati lingkungan perkotaan, ia pun menekankan bahwa perhatian pemerintah terhadap isu emisi karbon sangat penting. Alasannya, penanganan terhadap emisi karbon ini dapat berdampak pada sukses atau tidaknya upaya pemerintah untuk akselerasi transisi EBT.
“Konteksnya jejak karbonnya itu, kesannya barang itu rendah karbon atau bahkan zero carbon, tapi faktanya ada jejak karbon yang tidak diperhitungkan. Jadi, Electricity Connect ini harus bisa menampilkan produk yang secara genuine Net Zero Carbon, Net Zero Emission, jadi tidak sekadar ‘rendah karbon atau hemat energi’, tidak hanya itu,” tegas Safrudin.
Ia pun menekankan bahwa emisi karbon pada kendaraan listrik perlu diawasi. Menurutnya, meskipun tingkat emisi karbon yang dihasilkan oleh jenis kendaraan listrik lebih rendah jika dibandingkan kendaraan konvensional yang menggunakan bahan bakar fosil seperti bensin dan diesel, tidak menjamin baku mutunya aman.
“Undang-undang mengamanatkan bahwa emisi kendaraan bermotor harus diawasi. Bagaimana pengawasannya? Ya dicek, kalau (kendaraannya) tidak memenuhi baku mutu ya ditilang, bukan diuji emisi kemudian hanya diberikan nasehat-nasehat, bukan seperti itu. Jangan sampai hal-hal yang sifatnya ceremonytetap masuk ke dalam konteks kegiatan di Electricity Connect,” papar Safrudin.
Maka dari itu, ia menekankan pentingnya narasumber yang memang secara luas diketahui telah melakukan aksi nyata untuk mendorong tercapainya NZE pada 2060 pada ajang Electricity Connect 2024.
“Di sisi lain, Electricity Connect juga harus dihadiri orang-orang yang secara real memang sudah berbuat. Terutama di panggung-panggungnya, jangan sampai didominasi oleh orang-orang yang hanya melakukan ceremony,” pungkasnya.
Di sisi lain, pemerintah telah mencanangkan target nol emisi paling lambat pada 2060. Upaya ini mencakup peningkatan pemanfaatan energi baru terbarukan, pengurangan penggunaan energi fosil, peningkatan pemakaian kendaraan listrik di sektor transportasi, dan pemanfaatan carbon capture dan storage(CCS).
Melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, pemerintah mengusulkan tiga strategi mengejar target NZE. Pertama, mengajak berbagai negara mengintegrasikan sistem energi bersih. Kedua, mentransformasi sektor transportasi dengan mempromosikan kendaraan berbahan bakar ramah lingkungan.
Strategi ketiga adalah mempromosikan efisiensi energi di seluruh sektor. Dilansir dari detikoto, Airlangga menyatakan bahwa program penggunaan BBM ramah lingkungan akan ditingkatkan.
“BBM Ron 88 sudah tidak ada. Selanjutnya, kami dorong program berbasis baterai listrik dan Indonesia menjadi negara mandatori diesel dari B30 ke B40 pada tahun 2025,” ujar Airlangga.
Sebagai informasi, Perhelatan Electricity Connect 2024 yang akan digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat pada 20-22 November mendatang rencananya akan dihadiri lebih dari 500 exhibitor dan 15.000 pengunjung dari berbagai profesi yang tentunya berfokus pada bidang ketenagalistrikan.
Event ini diharapkan dapat menjadi momentum bagi para pemangku kepentingan dan pelaku industri ketenagalistrikan untuk tidak hanya bertukar informasi mengenai teknologi energi bersih saja, namun juga berbagi wawasan mengenai smart grid hingga target NZE, serta memperkuat kolaborasi global untuk mencapai transisi energi menuju NZE pada 2060.
Dengan kegiatan ini, upaya Indonesia untuk menuju ketahanan energi dan membangun sistem ketenagalistrikan terintegrasi di Kawasan ASEAN dapat secara cepat terealisasikan, demi terciptanya ekonomi hijau berkelanjutan.
Baca JugaElectricity Connect 2024 Resmi Ditutup, Sukses Gaet 15 Ribu Pengunjung
Redaksi
wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Arasoft Dorong Digitalisasi Pendidikan di Indonesia Lewat Inovasi NamoAuthor
- Selasa, 19 November 2024
Sarana Menara Nusantara Tandatangani Perubahan Perjanjian Kredit dengan Bank Danamon
- Kamis, 14 November 2024
Berita Lainnya
MKI Dorong Akselerasi Transisi Energi Lewat Kolaborasi dan Forum Diskusi
- Jumat, 22 November 2024
PLN Siapkan Strategi Jitu Tarik Investor Hijau Demi Dorong Transisi Energi Berkelanjutan
- Jumat, 22 November 2024
Strategi PLN Akselerasi Transisi Energi: Gaya Manajemen Adaptif dan Adopsi Teknologi
- Jumat, 22 November 2024
Kementerian ESDM Sebut Green Sukuk Solusi Terbaik Pembiayaan Proyek Hijau
- Jumat, 22 November 2024