Senin, 08 September 2025

Ekspor dan Produksi Batu Bara RI Turun, Persaingan Global Makin Ketat

Ekspor dan Produksi Batu Bara RI Turun, Persaingan Global Makin Ketat
Ekspor dan Produksi Batu Bara RI Turun, Persaingan Global Makin Ketat

JAKARTA - Kinerja batu bara Indonesia pada enam bulan pertama 2025 menunjukkan tren yang kurang menggembirakan. Produksi dan ekspor batu bara sama-sama mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, ekspor batu bara nasional hanya mencapai 185,98 juta ton sepanjang Semester I 2025. Angka ini turun 6,13% dibandingkan realisasi Semester I 2024 yang mencapai 198,13 juta ton.

Penurunan ekspor tersebut sejalan dengan turunnya produksi batu bara nasional. Data Minerba One Data Indonesia (MODI) menyebutkan, produksi batu bara pada Semester I 2025 berada di angka 371,66 juta ton, lebih rendah 8,47% dari periode yang sama tahun 2024 yang mencapai 406,06 juta ton.

Baca Juga

Lonjakan BBM Non Subsidi Bikin Stok SPBU Swasta Menipis

Dari sisi nilai ekspor, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan hasil yang lebih mencolok. Pada periode Januari–Juni 2025, nilai ekspor batu bara tercatat hanya US$ 11,97 miliar, turun 21,09% dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 15,17 miliar.

Ekspor ke China dan India Melemah

Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) menegaskan bahwa penurunan ekspor batu bara Indonesia terutama terjadi di dua negara tujuan utama, yaitu China dan India.

Plt. Direktur Eksekutif APBI, Gita Mahyarani, menjelaskan bahwa hingga Mei 2025 ekspor ke China tercatat turun 15% dibandingkan periode yang sama pada 2024. Sementara ke India, penurunannya sekitar 7%.

“Penurunan ini banyak dipengaruhi oleh meningkatnya produksi domestik di kedua negara, sehingga impor mereka dari Indonesia ikut berkurang,” ungkap Gita.

Selain faktor produksi dalam negeri yang meningkat, persaingan global juga menjadi tantangan. Indonesia kini harus berkompetisi dengan negara pengekspor batu bara lainnya seperti Australia, Mongolia, dan Rusia.

“Di saat yang sama, persaingan dengan negara lain seperti Rusia, Mongolia, dan Australia juga makin ketat terutama dari sisi kompetitif harga,” tambahnya.

Gita juga menyoroti bahwa konsumsi batu bara di China sebenarnya masih tinggi. Namun, stok batu bara di negeri tersebut masih mencukupi sehingga permintaan impor dari Indonesia belum mendesak.

“Padahal biasanya setelah Imlek stok akan menurun, tapi tahun ini justru tetap tinggi. Ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan impor dari Indonesia belum terlalu mendesak karena stok mereka masih cukup,” jelasnya.

Dengan penurunan ekspor dan produksi ini, Indonesia harus menghadapi tantangan ganda: mempertahankan pasar internasional di tengah persaingan ketat dan memastikan produksi dalam negeri tetap efisien.

Nathasya Zallianty

Nathasya Zallianty

wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Tarif Listrik PLN Awal September 2025 Tidak Berubah

Tarif Listrik PLN Awal September 2025 Tidak Berubah

PLN Genjot Panas Bumi untuk Perkuat Transisi Energi Nasional

PLN Genjot Panas Bumi untuk Perkuat Transisi Energi Nasional

Produksi Minyak Mentah Malaysia Mulai Pulih Kuartal Kedua 2025

Produksi Minyak Mentah Malaysia Mulai Pulih Kuartal Kedua 2025

KAI Perkuat Layanan Logistik Retail dengan Pertumbuhan Positif

KAI Perkuat Layanan Logistik Retail dengan Pertumbuhan Positif

Rumah Murah Gresik Jadi Incaran karena Lokasi Strategis

Rumah Murah Gresik Jadi Incaran karena Lokasi Strategis