
JAKARTA - Harga minyak berhasil bertahan stabil pada Jumat, 8 Agustus 2025, meski catatan mingguan menunjukkan kerugian terdalam sejak Juni. Hal ini terjadi menjelang pertemuan penting antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin yang dijadwalkan pekan depan. Pasar minyak global tampak berhati-hati menanti hasil pertemuan yang diperkirakan dapat memengaruhi dinamika konflik dan sanksi internasional.
Harga minyak Brent tercatat naik tipis 0,2% ke level US$ 66,59 per barel, sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) AS bertahan di US$ 63,88 per barel. Namun, secara mingguan Brent mengalami penurunan sebesar 4,4% dan WTI anjlok 5,1%, menunjukkan kekhawatiran pasar terhadap prospek ekonomi yang sedang menghadapi tekanan akibat kenaikan tarif impor.
Dampak Pertemuan Diplomatik dan Kebijakan Tarif pada Pasar Minyak
Baca Juga
Menurut laporan Bloomberg, Washington dan Moskow tengah berusaha merundingkan penghentian perang di Ukraina yang memungkinkan Rusia mempertahankan wilayah yang direbut selama invasi militer. Pertemuan Trump-Putin ini menjadi sorotan utama karena berpotensi membuka jalan bagi pelonggaran sanksi terhadap Rusia, apalagi di tengah ketegangan perdagangan antara AS dan negara-negara yang membeli minyak Rusia.
Namun, pekan ini Trump juga mengancam untuk menaikkan tarif impor minyak dari India jika negara tersebut terus membeli minyak dari Rusia. Ancaman serupa juga diarahkan kepada China, pembeli minyak Rusia terbesar. Analis pasar energi Neil Crosby mengatakan, “Ada banyak faktor non-minyak yang sedang diperhitungkan, termasuk kekhawatiran soal tarif dan berita soal pertemuan Trump-Putin yang membuat pasar waspada.”
Kebijakan tarif impor AS yang mulai berlaku sejak Kamis (7/8/2025) semakin menambah kekhawatiran terhadap perlambatan aktivitas ekonomi dan menurunnya permintaan minyak global. Di sisi lain, OPEC+ memutuskan untuk menambah produksi minyak sebanyak 547 ribu barel per hari pada September, sebagai bagian dari rencana untuk merebut kembali pangsa pasar yang hilang.
Selain itu, jumlah rig minyak di AS naik satu unit menjadi total 411 minggu ini, menunjukkan potensi peningkatan pasokan minyak di pasar. Sentimen bearish semakin kuat dengan kombinasi pengumuman kenaikan produksi OPEC+ dan pemberlakuan tarif impor AS.
Analis dari FGE NexantECA menilai bahwa pasar cenderung berhati-hati dan didominasi sentimen negatif. Sementara itu, pengangkatan Stephen Miran ke Dewan Penasihat Ekonomi AS oleh Trump memicu spekulasi tentang kebijakan moneter yang lebih lunak, yang bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.
Nilai tukar dolar AS sedikit menguat pada Jumat, meski mencatat penurunan sepanjang minggu. Penguatan dolar dapat menekan permintaan minyak dari pembeli asing karena harga minyak dihargai dalam dolar.

Nathasya Zallianty
wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
15 Rekomendasi Kuliner Semarang yang Enak dan Legendaris
- 06 September 2025
2.
10 Rekomendasi Merk Printer Terbaik Sesuai Kebutuhanmu
- 06 September 2025
3.
12 Contoh Bisnis Jasa yang Menghasilkan Keuntungan Tinggi
- 05 September 2025
4.
Daftar Terbaik Mobil 2 Pintu Paling Direkomendasikan
- 05 September 2025
5.
Inilah Besaran Gaji Pensiunan PNS 2025, Adakah Kenaikan?
- 04 September 2025