
JAKARTA - Upaya mempercepat transisi menuju energi bersih kembali mendapat dorongan besar. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) bersama PT PLN Indonesia Power (PLN IP) resmi menandatangani Head of Agreement (HoA) yang menegaskan komitmen kedua perusahaan pelat merah untuk menguatkan ketahanan energi nasional melalui pengembangan panas bumi.
Direktur Eksekutif Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Yudha Permana Jayadikarta, menilai langkah ini strategis dan mampu menjadi pondasi penting untuk pencapaian target 3 gigawatt (GW) kapasitas panas bumi yang tengah dibidik PGE di masa mendatang.
“Kolaborasi ini dapat menjadi awal yang baik untuk menjawab tantangan sektor panas bumi, baik dari sisi perizinan, aspek sosial, maupun isu lingkungan,” ungkap Yudha.
Baca Juga
Tantangan Perizinan, Teknologi, dan Pendanaan
Menurut Yudha, salah satu kendala terbesar adalah kompleksitas perizinan lintas instansi. Proses pengembangan diharapkan tetap berada dalam koridor hukum yang berlaku, termasuk mematuhi Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik. Regulasi ini bertujuan mempercepat transisi energi di sektor ketenagalistrikan sekaligus mengurangi ketergantungan pada PLTU batu bara.
Selain perizinan, tantangan juga datang dari sisi teknologi dan pendanaan. “Pengelolaan teknologi baru di lokasi terpencil dan aktivitas pengeboran memerlukan pendekatan teknis yang tepat,” kata Yudha. Ia meyakini, jika hambatan tersebut dapat diatasi, sektor panas bumi berpotensi mendatangkan investasi hingga USD 5 miliar, termasuk dari penerbitan obligasi hijau (green bond).
Reputasi baik yang dimiliki PGE disebut mampu meningkatkan kepercayaan investor global untuk menanamkan modal. Hal ini diharapkan mempercepat realisasi proyek dan memperkuat fondasi energi bersih Indonesia.
Fokus pada 19 Proyek Panas Bumi
Kerja sama PGE dan PLN IP ini mencakup pengembangan 19 proyek panas bumi yang sudah ada dengan total kapasitas 530 megawatt (MW). Proyek tersebut terdiri dari tujuh proyek brownfield, delapan proyek yellowfield, dan empat proyek greenfield. Lokasinya tersebar di sejumlah Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) seperti Hululais, Ulubelu, Lumut Balai, Lahendong, Kamojang, Sungai Penuh, dan Kotamobagu.
Selain itu, kedua pihak juga menandatangani Perjanjian Komitmen Konsorsium untuk menggarap PLTP Ulubelu Bottoming Unit (30 MW) serta Lahendong Bottoming Unit 1 (15 MW) dengan memanfaatkan teknologi co-generation, yang memungkinkan pemanfaatan energi lebih efisien.
Peran Strategis Danantara
Sinergi ini mendapat dukungan dari PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) selaku induk usaha, serta difasilitasi oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia). Yudha menegaskan, Danantara memiliki peran krusial sebagai penghubung antar-BUMN dalam memperkuat rantai integrasi panas bumi nasional.
“Ketika bicara BUMN, ini adalah pemanfaatan kapasitas lintas BUMN yang mampu memperkuat rantai integrasi panas bumi dan sejalan dengan skema kolaborasi melalui Danantara,” ujar Yudha.
Dengan sinergi yang terbangun, PGE dan PLN IP diharapkan dapat mempercepat proses transisi energi sekaligus membuka peluang besar bagi pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Langkah ini bukan hanya soal membangun pembangkit, tetapi juga menguatkan posisi Indonesia dalam peta energi bersih dunia.

Nathasya Zallianty
wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
15 Rekomendasi Kuliner Semarang yang Enak dan Legendaris
- 06 September 2025
2.
10 Rekomendasi Merk Printer Terbaik Sesuai Kebutuhanmu
- 06 September 2025
3.
12 Contoh Bisnis Jasa yang Menghasilkan Keuntungan Tinggi
- 05 September 2025
4.
Daftar Terbaik Mobil 2 Pintu Paling Direkomendasikan
- 05 September 2025
5.
Inilah Besaran Gaji Pensiunan PNS 2025, Adakah Kenaikan?
- 04 September 2025