
JAKARTA - Harga minyak dunia bergerak melemah pada awal perdagangan Eropa, Senin, 11 Agustus 2025 waktu setempat. Pelemahan ini terjadi ketika pelaku pasar global memusatkan perhatian pada agenda diplomasi yang akan mempertemukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada Jumat mendatang.
Pertemuan tersebut dipandang sebagai momen penting yang berpotensi membawa perubahan besar terhadap peta geopolitik dan aliran pasokan energi global. Dengan konflik Ukraina yang telah berlangsung lama, dunia berharap adanya jalan keluar yang bisa menurunkan tensi dan menghapus hambatan distribusi minyak dari Rusia ke pasar internasional.
Mengutip data perdagangan dari Yahoo Finance pada Selasa, 12 Agustus 2025, harga minyak mentah Brent turun 0,8 persen menjadi USD 64,99 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) asal Amerika Serikat melemah satu persen ke posisi USD 63,25 per barel.
Baca Juga
Sinyal Positif dari Pertemuan Diplomatik
Pengumuman resmi dari Presiden Trump mengenai rencana pertemuan dengan Putin memicu optimisme di kalangan pelaku pasar. Trump menyatakan, “Saya akan bertemu Presiden Putin di Alaska pada 15 Agustus untuk membicarakan langkah menuju akhir perang di Ukraina.”
Pernyataan ini membuat banyak analis memprediksi kemungkinan terbukanya peluang pencabutan sanksi terhadap Rusia. Selama ini, sanksi tersebut telah membatasi ekspor minyak Rusia dan berkontribusi pada ketatnya pasokan global.
Susannah Streeter, Kepala Pasar Uang di Hargreaves Lansdown, mengungkapkan bahwa harapan terhadap kesepakatan damai membuat pelaku pasar lebih tenang menghadapi isu pasokan energi.
“Ada harapan pertemuan Trump dan Putin akhir minggu ini akan membantu mendorong konflik Ukraina menuju resolusi, yang membantu meredakan kekhawatiran atas gangguan pasokan energi,” jelas Streeter.
Tekanan dari Sentimen Perdagangan Global
Selain faktor geopolitik, dinamika perdagangan internasional juga menjadi sorotan. Ancaman pengenaan tarif tambahan terhadap India yang selama ini menjadi pembeli signifikan minyak mentah Rusia sempat mendorong harga minyak naik. Namun, sentimen positif ini cepat terkikis oleh ekspektasi pasar terhadap hasil pertemuan Trump Putin.
Bila perundingan nanti menghasilkan kesepakatan yang mengarah pada pencabutan sanksi, pasokan minyak Rusia berpotensi kembali mengalir deras ke pasar global. Kondisi ini bisa menekan harga minyak lebih lanjut karena suplai yang lebih longgar.
Susannah Streeter menilai, tekanan terhadap harga juga datang dari kekhawatiran perlambatan ekonomi global.
“Ketika para pedagang mempertimbangkan dampak era tarif terhadap pertumbuhan global, perkiraan penurunan permintaan energi juga turut menekan harga,” ujarnya.
Potensi Dampak Jangka Panjang
Meski harga minyak saat ini berada dalam tren melemah, arah pergerakan selanjutnya sangat bergantung pada hasil pertemuan kedua pemimpin tersebut. Jika diplomasi berjalan mulus dan menghasilkan kesepakatan damai, pasar bisa melihat fase baru dalam distribusi energi global, dengan Rusia kembali memainkan peran penting sebagai pemasok utama.
Namun, jika negosiasi menemui jalan buntu, ketidakpastian dapat kembali melanda pasar. Dalam skenario ini, harga minyak mungkin kembali mengalami fluktuasi tajam, apalagi jika faktor eksternal seperti tensi perdagangan atau gangguan pasokan di wilayah lain ikut memengaruhi.
Pasar Menunggu Kepastian
Bagi pelaku pasar energi, beberapa hari ke depan akan menjadi periode penuh antisipasi. Setiap pernyataan dari Gedung Putih maupun Kremlin diperkirakan akan segera tercermin pada pergerakan harga minyak. Investor dan trader akan memantau dengan ketat jalannya diplomasi di Alaska, termasuk sinyal-sinyal awal sebelum pertemuan resmi berlangsung.
Seiring menurunnya harga di awal pekan, sebagian analis menilai ini adalah bentuk “penyesuaian” sementara. Pasar memilih berhati-hati dan menahan posisi besar hingga ada kepastian arah kebijakan yang akan diambil kedua negara terkait konflik Ukraina dan sanksi terhadap Rusia.
Bila pencabutan sanksi benar-benar terjadi, dampaknya tidak hanya pada harga minyak mentah, tetapi juga pada komoditas energi lain seperti gas alam. Rusia merupakan salah satu produsen terbesar energi fosil dunia, sehingga perubahan kebijakan terkait ekspornya akan memiliki efek domino ke banyak sektor.
Saat ini, pasar global berada di persimpangan. Di satu sisi, ada optimisme terhadap potensi perdamaian yang dapat membawa kestabilan harga dan pasokan. Di sisi lain, risiko kegagalan perundingan tetap membayangi, yang berarti volatilitas harga belum akan sepenuhnya hilang.
Para pelaku industri energi, pengamat pasar, dan pemerintah di berbagai negara kini menunggu hasil dari pertemuan Trump dan Putin momen yang bisa menjadi titik balik penting bagi geopolitik energi dunia.

Nathasya Zallianty
wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
15 Rekomendasi Kuliner Semarang yang Enak dan Legendaris
- 06 September 2025
2.
10 Rekomendasi Merk Printer Terbaik Sesuai Kebutuhanmu
- 06 September 2025
3.
12 Contoh Bisnis Jasa yang Menghasilkan Keuntungan Tinggi
- 05 September 2025
4.
Daftar Terbaik Mobil 2 Pintu Paling Direkomendasikan
- 05 September 2025
5.
Inilah Besaran Gaji Pensiunan PNS 2025, Adakah Kenaikan?
- 04 September 2025