
JAKARTA - Pembangunan jalur MRT Jakarta Fase 2A yang melintasi kawasan Kota Tua Jakarta terus berprogres. PT Hutama Karya (Persero) kini tengah menggarap dua stasiun bawah tanah, yakni Stasiun Glodok dan Stasiun Kota, sebagai bagian dari paket pekerjaan CP203 dengan panjang koridor terowongan sekitar 1,459 kilometer.
Proyek ini tidak hanya fokus pada konstruksi, tetapi juga menonjolkan desain arsitektur yang selaras dengan identitas kawasan Kota Tua. Dengan begitu, fasilitas transportasi massal modern diharapkan dapat tetap menyatu dengan nuansa sejarah, budaya, dan nilai estetika khas yang sudah melekat pada area tersebut.
Desain Kontekstual yang Berpadu dengan Kota Tua
Baca Juga
Hutama Karya merancang kedua stasiun bawah tanah dengan pendekatan kontekstual. Artinya, desain yang dihadirkan bukan sekadar fungsional, tetapi juga mempertimbangkan karakter dan citra kawasan sekitar.
Stasiun Glodok mengusung tema “Layers of History: Chinatown Heritage & Commercial Area”. Dari sisi eksterior, tampilannya dibuat monokrom formal agar kontras dengan suasana warna-warni Pecinan. Sementara di bagian interior, permainan lapisan dinding dan plafon menghadirkan nuansa khas Pecinan dengan sentuhan aksen merah.
Sedangkan Stasiun Kota mengangkat tema “Dwara Batavia: The Gate of Batavia”. Unsur lengkung dan garis diaplikasikan pada kolom, lantai, serta plafon untuk menampilkan dialog arsitektur antara bangunan kolonial Batavia dan modernitas transportasi masa kini.
Selain menampilkan identitas arsitektur, kedua stasiun dirancang sebagai simpul Transit Oriented Development (TOD). Trotoar lebih lebar, aksesibilitas ramah bagi penyandang disabilitas, serta konektivitas langsung ke moda transportasi lain seperti Transjakarta. Khusus Stasiun Kota, akses juga terkoneksi langsung dengan jalur Commuter Line.
Teknologi Konstruksi dan Tantangan di Lapangan
Dalam proses pengerjaannya, struktur bawah tanah stasiun dibangun menggunakan metode top-down dengan dinding diafragma serta plat bertahap. Sementara itu, pembangunan terowongan memanfaatkan Tunnel Boring Machine (TBM), teknologi yang memungkinkan penggalian lebih presisi. Alat penggali hidrolik juga digunakan untuk meminimalkan getaran di area padat bangunan.
Konstruksi ini menjadi tantangan tersendiri karena lokasi proyek berada di kawasan sensitif. Beberapa bangunan cagar budaya berjarak hanya sekitar tiga meter dari lokasi. Untuk itu, dilakukan serangkaian mitigasi seperti survei kondisi awal, pemasangan sensor getaran otomatis pada bangunan heritage, instrumen pemantau pergerakan tanah dan struktur, serta pemantauan kebisingan secara berkala.
Sistem keamanan konstruksi turut diperkuat. Finishing material yang dipakai bersifat non-combustible dan non-toxic. Stasiun juga dilengkapi sistem proteksi kebakaran seperti fire shutter yang terhubung dengan sistem BAS dan mampu bertahan hingga dua jam.
Progres, Target, dan Dampak Proyek
Paket CP203 sendiri ditandatangani pada April 2021 dengan target penyelesaian pada pertengahan 2027. Progres pembangunan pada awal 2024 mencapai sekitar 43% dengan nilai proyek Rp3,8 triliun. Pada Oktober 2024, proses breakthrough terowongan sepanjang 1,4 km berhasil dilakukan, menghubungkan jalur Kota–Glodok–Mangga Besar. Saat itu, progres konstruksi telah mencapai 45% meliputi desain, galian, struktur, serta instalasi MEP.
Secara total, jalur CP203 memiliki panjang sekitar 1,44 km, dengan luas area dua stasiun mencapai 52.196 m². Adapun terowongan ganda dibangun dengan panjang sekitar 684 meter per jalur.
Selama pelaksanaan, sempat ditemukan artefak bersejarah seperti rel trem dan drainase terracotta. Hal ini menyebabkan penyesuaian jadwal, namun sekaligus memperlihatkan pentingnya keseimbangan antara pembangunan modern dengan pelestarian cagar budaya.
Kehadiran MRT di kawasan Kota Tua nantinya diharapkan mampu meningkatkan kualitas transportasi publik Jakarta, mengurangi beban lalu lintas darat, serta memberi ruang kota yang lebih nyaman. Lebih dari itu, stasiun Glodok dan Kota juga akan menjadi wajah baru transportasi massal yang berpadu dengan sejarah dan identitas Jakarta.
Kolaborasi dan Teknologi Modern
Pengerjaan proyek ini dilaksanakan oleh SMCC-HK Joint Operation, gabungan Sumitomo Mitsui Construction Company dengan Hutama Karya. Penggunaan teknologi terkini seperti TBM dan Building Information Modeling (BIM) menjadi salah satu kunci dalam menjaga kualitas konstruksi serta efisiensi waktu.
Kolaborasi antara perusahaan nasional dan internasional juga diharapkan memberi transfer teknologi, sehingga tenaga kerja Indonesia bisa mendapatkan pengalaman berharga dalam proyek berskala besar.
Dengan berbagai upaya ini, pembangunan MRT Jakarta Fase 2A, khususnya stasiun bawah tanah Glodok–Kota, tidak hanya berorientasi pada aspek mobilitas, tetapi juga menjadi simbol bagaimana modernisasi dapat berjalan beriringan dengan pelestarian sejarah.

Nathasya Zallianty
wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Begini Cara Mengatasi Hiperinflasi & Faktor Penyebabnya
- 04 September 2025
2.
Refinancing Adalah: Definisi, Manfaat, dan Tips Melakukannya
- 04 September 2025
3.
Suku Bunga Acuan BI: Fungsi, Tujuan dan Cara Kerjanya
- 04 September 2025
4.
Inilah Perbedaan Pajak dan Retribusi Beserta Contohnya
- 04 September 2025
5.
Panduan Lengkap Cara Menghitung Biaya Peluang Beserta Contohnya
- 04 September 2025