
JAKARTA - Mayoritas harga batu bara kembali menguat pada Selasa, 26 Agustus 2025, seiring prediksi lonjakan impor batu bara termal China pada Agustus 2025. Sentimen positif ini menjadi pendorong utama bagi harga batu bara Newcastle dan pasar global lainnya.
Harga batu bara Newcastle untuk Agustus 2025 naik US$ 0,25 menjadi US$ 111,55 per ton, sedangkan kontrak September 2025 meningkat tipis US$ 0,05 menjadi US$ 110,8 per ton. Sementara itu, harga untuk Oktober 2025 justru turun US$ 0,5 menjadi US$ 111,8 per ton. Di sisi lain, pasar Eropa mencatat pergerakan berbeda: harga batu bara Rotterdam untuk Agustus 2025 turun US$ 0,1 menjadi US$ 100,3 per ton, September 2025 jatuh US$ 0,75 menjadi US$ 99,6, dan Oktober 2025 terkoreksi US$ 0,7 menjadi US$ 100,4 per ton.
Kenaikan harga ini berkaitan erat dengan proyeksi impor batu bara termal China yang diperkirakan mencapai 25,63 juta ton pada Agustus 2025, meningkat dibanding realisasi Juli sebesar 22,77 juta ton. Lebih dari separuh impor tersebut, sekitar 16,13 juta ton, berasal dari Indonesia level tertinggi dalam lima bulan terakhir. Pasokan dari Australia juga naik menjadi 5,84 juta ton, menandai kenaikan tiga bulan berturut-turut.
Baca Juga
Dinamika Produksi dan Permintaan di China dan India
Lonjakan impor batu bara China terjadi bersamaan dengan penurunan produksi domestik sebesar 3,8% pada Juli 2025. Penurunan ini dipicu intervensi pemerintah untuk mengendalikan kelebihan pasokan serta kondisi cuaca ekstrem, mulai dari gelombang panas hingga hujan deras yang menghambat aktivitas tambang. Meski begitu, akumulasi produksi Januari–Juli 2025 masih tumbuh 3,8% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Peningkatan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di China turut menyerap pasokan batu bara. Produksi listrik dari PLTU pada Juli 2025 naik 4,3% year-on-year. Pemerintah China juga tengah menekan kelebihan kapasitas di berbagai sektor industri, termasuk batu bara, melalui inspeksi tambang untuk memastikan produksi tidak melebihi kuota resmi. Strategi ini bertujuan mencegah persaingan berlebihan yang biasa disebut ‘perlombaan menuju dasar’.
Sementara itu, dinamika di India justru berbeda. Impor batu bara diperkirakan turun menjadi 9,74 juta ton pada Agustus 2025, dibandingkan 11,99 juta ton bulan lalu, level terendah sejak Februari 2023. Penurunan ini didorong meningkatnya pembangkitan listrik dari energi terbarukan. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) India tumbuh 22,4% pada Agustus, sementara energi angin dan surya naik 14,4%.
Perbedaan tren permintaan antara China dan India menunjukkan betapa sensitifnya pasar batu bara terhadap faktor domestik masing-masing negara, baik dari sisi produksi maupun konsumsi energi. Lonjakan permintaan dari China menjadi katalis utama penguatan harga, sementara peningkatan energi terbarukan di India menekan kebutuhan impor.
Kenaikan harga batu bara Newcastle dan pergerakan pasar Rotterdam juga menyoroti ketidakstabilan harga komoditas ini dalam jangka pendek. Pengaruh cuaca ekstrem, kebijakan pemerintah, dan pergeseran sumber energi menjadi faktor utama yang terus memengaruhi dinamika perdagangan batu bara global.
Bagi Indonesia, kenaikan permintaan dari China memberi peluang ekspor yang signifikan. Mayoritas batu bara termal yang diekspor ke China dapat meningkatkan pendapatan industri tambang nasional, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pemasok utama di pasar global.
Meski harga mengalami fluktuasi, tren penguatan pada Agustus 2025 menandai momentum positif bagi pelaku industri batu bara, terutama eksportir yang menyasar pasar Asia. Di sisi lain, penurunan impor India memperlihatkan pergeseran konsumsi energi yang lebih ramah lingkungan melalui pemanfaatan energi terbarukan.
Dengan kondisi pasar yang dinamis, penguatan harga batu bara saat ini menjadi sinyal bagi investor dan pelaku industri untuk terus memantau perkembangan produksi, permintaan, dan kebijakan energi dari negara konsumen utama.

Nathasya Zallianty
wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Begini Cara Mengatasi Hiperinflasi & Faktor Penyebabnya
- 04 September 2025
2.
Refinancing Adalah: Definisi, Manfaat, dan Tips Melakukannya
- 04 September 2025
3.
Suku Bunga Acuan BI: Fungsi, Tujuan dan Cara Kerjanya
- 04 September 2025
4.
Inilah Perbedaan Pajak dan Retribusi Beserta Contohnya
- 04 September 2025
5.
Panduan Lengkap Cara Menghitung Biaya Peluang Beserta Contohnya
- 04 September 2025