Kamis, 23 Oktober 2025

AAJI Catat Premi Asuransi Jiwa Rp47 Triliun, Bancassurance Masih Dominasi Industri 2025

AAJI Catat Premi Asuransi Jiwa Rp47 Triliun, Bancassurance Masih Dominasi Industri 2025
AAJI Catat Premi Asuransi Jiwa Rp47 Triliun, Bancassurance Masih Dominasi Industri 2025

JAKARTA - Industri asuransi jiwa Indonesia mencatatkan kinerja positif pada kuartal I-2025 meski menghadapi sejumlah tantangan ekonomi global. Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), kanal bancassurance tetap menjadi tulang punggung utama dalam menyumbang pendapatan premi nasional.

Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menyebutkan bahwa total pendapatan premi industri asuransi jiwa mencapai Rp 47,45 triliun selama tiga bulan pertama tahun 2025. Dari jumlah tersebut, kanal bancassurance menyumbang Rp 18,61 triliun, atau sekitar 39,2 persen dari total pendapatan premi industri.

“Pada kuartal I-2025, kanal distribusi bancassurance tercatat mendominasi pendapatan premi sebanyak 39,2% terhadap total pendapatan premi,” ujar Budi dalam konferensi pers di Jakarta Pusat, 4 Juni 2025. Meski demikian, angka tersebut mengalami penurunan 2,4 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Baca Juga

AAUI Dorong Penguatan Modal Asuransi Umum, 19 Perusahaan Masih Terancam Tak Penuhi Ekuitas 2026

Kinerja bancassurance yang sedikit menurun ini tidak terlepas dari kondisi pasar yang mulai bergeser ke kanal digital dan distribusi alternatif. Namun, posisi bancassurance tetap kokoh sebagai kontributor utama industri berkat jangkauan luas dan kepercayaan masyarakat terhadap layanan bank.

Kanal Alternatif Jadi Penggerak Baru Pertumbuhan Premi

Selain bancassurance, kanal distribusi alternatif muncul sebagai penyumbang terbesar kedua bagi pendapatan industri asuransi jiwa. Menurut Budi, total pendapatan premi dari kanal distribusi alternatif mencapai Rp 14,87 triliun pada kuartal I-2025.

“Kontribusinya mencapai 31,3% terhadap total pendapatan premi industri,” jelasnya. Kanal alternatif ini mencakup berbagai bentuk pemasaran seperti direct marketing, employee benefit consultant, dan broker yang semakin berkembang di era digital.

Pertumbuhan kanal alternatif ini menunjukkan bahwa industri asuransi mulai beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen modern. Masyarakat kini cenderung mencari layanan yang lebih fleksibel dan cepat, namun tetap memerlukan pendekatan personal dalam memilih produk asuransi.

Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya perlindungan finansial, kanal distribusi alternatif diharapkan mampu menjadi pendorong pertumbuhan baru bagi industri. Inovasi berbasis teknologi dan kolaborasi lintas sektor menjadi kunci dalam memperluas jangkauan produk asuransi ke masyarakat yang belum terlayani.

Kanal Keagenan Masih Relevan di Tengah Transformasi Digital

Sementara itu, kanal keagenan atau agensi tetap menjadi pilar penting dalam industri asuransi jiwa meskipun mengalami sedikit penurunan. AAJI mencatat bahwa pendapatan premi dari kanal keagenan mencapai Rp 13,96 triliun pada kuartal I-2025.

Nilai tersebut menurun sekitar 1,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dengan kontribusi sebesar 29,4 persen terhadap total pendapatan premi industri. Kanal ini masih memegang peran strategis dalam memperkuat hubungan langsung antara perusahaan asuransi dan nasabah.

“Kontribusinya terhadap total pendapatan premi industri sebesar 29,4% pada kuartal I-2025,” ungkap Budi. Meskipun terjadi penurunan, kanal keagenan dinilai masih memiliki potensi besar karena kepercayaan masyarakat terhadap interaksi langsung dengan tenaga pemasar.

Pendekatan tatap muka yang ditawarkan agen asuransi memberikan rasa aman dan keyakinan bagi nasabah, terutama dalam memahami manfaat produk dan proses klaim. Dengan strategi pelatihan yang lebih baik dan dukungan digital, kanal ini diyakini dapat kembali tumbuh dalam beberapa kuartal mendatang.

Tantangan Tenaga Pemasar dan Arah Strategi Industri

Kepala Departemen Komunikasi AAJI Karin Zulkarnaen mengungkapkan bahwa penurunan pendapatan premi dari kanal keagenan dan bancassurance dipengaruhi oleh menurunnya jumlah tenaga pemasar aktif di industri. Namun, ia menegaskan bahwa prospek kedua kanal tersebut masih sangat menjanjikan untuk jangka panjang.

“Sebab, masyarakat masih cenderung berkeinginan membeli produk lewat tenaga pemasar. Mereka inginnya ada orang yang bisa dikontak secara langsung kalau ada suatu pertanyaan. Jadi, prospeknya masih sangat besar,” ujar Karin.

Fenomena tersebut menunjukkan bahwa meskipun digitalisasi menjadi tren utama, interaksi manusia tetap menjadi faktor penting dalam bisnis asuransi. Perusahaan asuransi perlu menyeimbangkan strategi digital dengan pendekatan personal untuk mempertahankan loyalitas nasabah.

AAJI menilai bahwa sinergi antara teknologi dan tenaga pemasar menjadi strategi paling efektif dalam menghadapi persaingan industri yang semakin ketat. Dengan pelatihan, sertifikasi, dan dukungan teknologi yang lebih baik, para agen dan mitra bancassurance dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas pelayanan.

Adaptasi Digital dan Peluang Pertumbuhan ke Depan

Meski beberapa kanal distribusi mengalami perlambatan, industri asuransi jiwa masih menunjukkan fundamental yang solid. Inovasi digital, kemitraan strategis, dan peningkatan literasi keuangan menjadi fokus utama untuk menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan.

AAJI memperkirakan bahwa kanal bancassurance dan agensi akan tetap menjadi motor penggerak industri dalam jangka menengah. Namun, tren digitalisasi dan munculnya platform insurtech berpotensi menciptakan kanal baru yang lebih efisien dan terintegrasi.

Selain itu, peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya asuransi jiwa pascapandemi menjadi peluang besar yang harus dimanfaatkan industri. Produk-produk dengan nilai proteksi tinggi dan fleksibilitas pembayaran akan menjadi daya tarik utama bagi generasi muda yang mulai aktif berinvestasi dalam perlindungan finansial.

AAJI juga mendorong perusahaan asuransi untuk memperkuat strategi omnichannel, yakni kombinasi antara layanan digital dan interaksi langsung, agar dapat menjangkau konsumen di berbagai segmen. Pendekatan ini diyakini mampu meningkatkan penetrasi asuransi nasional yang saat ini masih tergolong rendah.

Optimisme Menyongsong Pertumbuhan Asuransi Jiwa Nasional

Secara keseluruhan, capaian premi sebesar Rp 47,45 triliun pada kuartal I-2025 menunjukkan ketahanan industri asuransi jiwa di tengah kondisi ekonomi yang dinamis. Dengan bancassurance, kanal alternatif, dan agensi yang saling melengkapi, sektor ini tetap memiliki potensi pertumbuhan yang besar.

AAJI optimistis, dengan dukungan regulasi pemerintah, peningkatan literasi keuangan, dan penerapan teknologi digital, industri asuransi jiwa akan terus berkembang lebih sehat dan inklusif. Transformasi yang sedang berjalan diharapkan dapat memperluas akses masyarakat terhadap perlindungan jiwa yang berkualitas.

Kombinasi antara inovasi, kepercayaan publik, dan strategi kolaboratif menjadi fondasi utama bagi pertumbuhan industri ini di masa depan. Dengan berbagai terobosan dan adaptasi yang dilakukan, asuransi jiwa diperkirakan akan tetap menjadi pilar penting dalam menjaga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Nathasya Zallianty

Nathasya Zallianty

wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

PLN Beri Diskon Tambah Daya 50 Persen, Pelanggan Bisa Hemat Jutaan Rupiah Oktober 2025

PLN Beri Diskon Tambah Daya 50 Persen, Pelanggan Bisa Hemat Jutaan Rupiah Oktober 2025

Pertamina Bangun Desa Energi Berdikari, Dorong Ekonomi Hijau dan Ketahanan Pangan Warga Banten

Pertamina Bangun Desa Energi Berdikari, Dorong Ekonomi Hijau dan Ketahanan Pangan Warga Banten

Investor China Chengdong Investment Lanjut Jual Saham BUMI, Pasar Batu Bara Bergerak Dinamis

Investor China Chengdong Investment Lanjut Jual Saham BUMI, Pasar Batu Bara Bergerak Dinamis

RAJA Gencar Ekspansi, Happy Hapsoro Siapkan Aksi Besar di Bisnis Energi Nasional

RAJA Gencar Ekspansi, Happy Hapsoro Siapkan Aksi Besar di Bisnis Energi Nasional

Sido Muncul Genjot Bahan Baku Herbal Lokal, Kurangi Ketergantungan Impor Farmasi

Sido Muncul Genjot Bahan Baku Herbal Lokal, Kurangi Ketergantungan Impor Farmasi