Selasa, 16 Desember 2025

Makan Croissant Tanpa Cemas: Dampaknya pada Gula Darah dan Cara Menyiasatinya

Makan Croissant Tanpa Cemas: Dampaknya pada Gula Darah dan Cara Menyiasatinya
Makan Croissant Tanpa Cemas: Dampaknya pada Gula Darah dan Cara Menyiasatinya

JAKARTA - Bagi banyak orang, croissant sering dipilih sebagai teman minum kopi atau menu sarapan praktis. Teksturnya yang renyah di luar dan lembut di dalam membuat pastry ini sulit ditolak.

Di balik popularitasnya, croissant kerap menimbulkan pertanyaan terkait dampaknya bagi kesehatan. Salah satu isu yang sering dibahas adalah pengaruhnya terhadap kadar gula darah.

Croissant merupakan bagian dari pastry yang populer dan disukai oleh banyak orang. Namun, sebagai bagian dari pastry yang kaya akan lemak, konsumsi croissant pastinya memiliki pengaruh pada gula darah dalam tubuh.

Baca Juga

Mengenal Alergi Obat: Jenis Pemicu, Gejala Umum, dan Cara Penanganannya

Pemahaman tentang kandungan dan cara tubuh memproses croissant menjadi penting. Dengan begitu, konsumsi pastry ini dapat dilakukan secara lebih bijak.

Kandungan Croissant dan Respons Tubuh

Pada Senin, 15 Desember 2025, dijelaskan bahwa croissant dibuat dari campuran tepung, mentega, susu, gula, air, dan garam. Kombinasi bahan tersebut membuat croissant tinggi akan karbohidrat dan lemak, tetapi relatif rendah serat dan protein.

Karbohidrat dalam croissant menjadi sumber energi utama bagi tubuh. Namun, rendahnya kandungan serat membuat proses penyerapan berlangsung lebih cepat.

Saat mengonsumsi croissant, sistem pencernaan akan memecah karbohidrat menjadi glukosa. Glukosa tersebut kemudian masuk ke aliran darah.

Croissant termasuk makanan dengan indeks glikemik tinggi. Akibatnya, kenaikan gula darah dapat terjadi dalam waktu singkat.

Lonjakan gula darah ini biasanya memberikan rasa energi yang cepat. Banyak orang merasakan tubuh menjadi lebih bertenaga setelah mengonsumsinya.

Namun, efek tersebut sering tidak bertahan lama. Setelah beberapa waktu, tubuh bisa mengalami penurunan energi.

Kondisi ini kerap dirasakan sebagai rasa lemas atau mengantuk. Efek tersebut membuat sebagian orang merasa kurang nyaman setelah makan croissant.

Respons gula darah yang cepat naik dan turun ini menjadi perhatian tersendiri. Terutama bagi mereka yang perlu menjaga kestabilan gula darah.

Benarkah Croissant Dingin Lebih Aman?

Di sisi lain, muncul anggapan bahwa croissant dalam kondisi dingin dapat mengurangi lonjakan gula darah. Anggapan ini berkaitan dengan perubahan struktur pati di dalam makanan.

Saat croissant mendingin, sebagian pati dapat berubah menjadi pati resisten. Jenis pati ini lebih sulit dicerna oleh tubuh.

Pati resisten tidak langsung meningkatkan gula darah. Selain itu, pati jenis ini juga dapat memberikan manfaat bagi kesehatan usus.

Namun, pada croissant, efek perubahan ini sangat kecil. Jumlah pati yang bisa berubah menjadi pati resisten tergolong sangat terbatas.

Karena itu, mendinginkan croissant tidak memberikan perbedaan berarti. Respons gula darah tetap cenderung sama seperti saat dikonsumsi hangat.

Hal ini disebabkan oleh komposisi croissant itu sendiri. Kandungan lemak dan karbohidratnya tetap mendominasi.

“Ketika roti panggang seperti croissant mendingin, melolek pati gelatin, terutama amilosa, mulai berasosiasi kembali dan mengkristal ulang menjadi struktur yang lebih teratur,” kata profesor asosiasi di Universitas Florida Selatan, Heewon Gray, PhD, RD.

Penjelasan tersebut menggambarkan proses perubahan pati secara ilmiah. Meski terjadi perubahan struktur, dampaknya pada croissant tidak signifikan.

Dengan demikian, anggapan bahwa croissant dingin jauh lebih aman bagi gula darah perlu dipahami secara proporsional. Efeknya ada, tetapi sangat minimal.

Dampak Konsumsi Croissant bagi Energi Tubuh

Lonjakan gula darah setelah makan croissant sering dikaitkan dengan rasa segar sesaat. Tubuh memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi cepat.

Namun, ketika kadar gula darah menurun kembali, energi pun ikut turun. Inilah yang memicu rasa lelah setelahnya.

Kondisi tersebut dikenal sebagai sugar crash. Efek ini umum terjadi setelah mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat sederhana.

Bagi sebagian orang, kondisi ini dapat mengganggu aktivitas harian. Terutama jika croissant dikonsumsi dalam jumlah besar.

Meski begitu, bukan berarti croissant harus dihindari sepenuhnya. Kuncinya terletak pada cara dan waktu konsumsi.

Croissant sesekali masih dapat dinikmati sebagai bagian dari pola makan seimbang. Yang perlu diperhatikan adalah porsi dan pendampingnya.

Cara Lebih Sehat Mengonsumsi Croissant

Agar konsumsi croissant lebih sehat, ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pendekatan ini membantu mengurangi lonjakan gula darah.

Salah satu caranya adalah mengonsumsi croissant dalam porsi lebih kecil. Mengurangi jumlah yang dimakan dapat menekan peningkatan gula darah.

Selain itu, mengombinasikan croissant dengan makanan lain sangat dianjurkan. Terutama makanan yang kaya protein dan serat.

Protein dan serat dapat memperlambat penyerapan glukosa. Dengan demikian, kenaikan gula darah menjadi lebih terkendali.

Misalnya, croissant dapat dipadukan dengan telur atau keju. Kombinasi ini membantu menyeimbangkan kandungan nutrisi.

Serat juga berperan penting dalam menjaga kestabilan energi. Kehadirannya membuat rasa kenyang bertahan lebih lama.

“Jika Anda makan croissant dengan sedikit protein, pikirkan keju atau telur, itu akan memiliki efek yang lebih baik pada gula darah Anda,” kata dosen nutrisi, Amanda Sauceda, MS, RD.

Pendapat tersebut menegaskan pentingnya kombinasi makanan. Tidak hanya jenis makanan, tetapi juga komposisinya.

“Jika Anda memperhatikan gula darah Anda, yang dilakukan adalah mengurangi porsi croissant,” lanjutnya. Pernyataan ini menekankan bahwa jumlah tetap menjadi faktor utama.

Dengan strategi tersebut, croissant masih bisa dinikmati tanpa rasa bersalah. Konsumsi yang terkontrol membantu menjaga keseimbangan tubuh.

Pada akhirnya, memahami cara kerja tubuh terhadap makanan menjadi langkah penting. Pengetahuan ini membantu membuat pilihan makan yang lebih cerdas.

Croissant tidak harus selalu dihindari, tetapi perlu disikapi dengan bijak. Dengan porsi dan kombinasi yang tepat, pastry favorit ini tetap bisa menjadi bagian dari gaya hidup sehat.

Nathasya Zallianty

Nathasya Zallianty

wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Waspadai Makanan Sisa Sehari-hari yang Diam-diam Lebih Berbahaya dari Ayam Mentah

Waspadai Makanan Sisa Sehari-hari yang Diam-diam Lebih Berbahaya dari Ayam Mentah

Kepala Tiba-Tiba Gatal Tanpa Kutu dan Ketombe, Ini Penyebab dan Solusinya

Kepala Tiba-Tiba Gatal Tanpa Kutu dan Ketombe, Ini Penyebab dan Solusinya

Mengungkap Asal Aroma Menyengat Jengkol dan Petai yang Bikin Penasaran Banyak Orang

Mengungkap Asal Aroma Menyengat Jengkol dan Petai yang Bikin Penasaran Banyak Orang

Manfaat Telur untuk Rambut Lembut, Kuat, Berkilau dengan Perawatan Alami

Manfaat Telur untuk Rambut Lembut, Kuat, Berkilau dengan Perawatan Alami

Pilihan Camilan Sehat Penunjang Usus Seimbang untuk Energi dan Pencernaan Optimal

Pilihan Camilan Sehat Penunjang Usus Seimbang untuk Energi dan Pencernaan Optimal