Waspada Batu Saluran Kemih, Penyakit Akibat Kurang Minum Air Putih dan Gaya Hidup Buruk

Sabtu, 18 Oktober 2025 | 10:01:44 WIB
Waspada Batu Saluran Kemih, Penyakit Akibat Kurang Minum Air Putih dan Gaya Hidup Buruk

JAKARTA - Batu saluran kemih kini semakin sering ditemukan di berbagai kalangan, dari usia muda hingga lanjut. Gaya hidup yang kurang sehat, terutama kebiasaan kurang minum air putih dan pola makan tinggi garam, menjadi penyebab utama munculnya penyakit ini.

Meski terlihat sepele, batu saluran kemih dapat menimbulkan rasa nyeri hebat dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Jika tidak segera diobati, kondisi ini bahkan bisa menimbulkan komplikasi serius, termasuk kerusakan ginjal permanen.

Menurut dokter spesialis bedah urologi RS EMC Cikarang, Paulus Rudy Kurniawan Hasibuan, batu saluran kemih terbentuk akibat endapan mineral dan garam di sepanjang saluran kemih. Ia menjelaskan bahwa saluran kemih terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, hingga uretra — semua bagian ini bisa menjadi tempat terbentuknya batu.

“Jika tidak ditangani dengan tepat, batu saluran kemih dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk kerusakan ginjal dan infeksi saluran kemih,” ujar Paulus.

Faktor Penyebab Batu Saluran Kemih

Penyebab batu saluran kemih sangat beragam, namun sebagian besar dipengaruhi oleh kurangnya asupan cairan. Dehidrasi membuat urine menjadi pekat sehingga mineral mudah mengendap dan membentuk kristal.

“Dehidrasi adalah penyebab utama terbentuknya batu ginjal,” jelas Paulus. Ia menambahkan, orang yang jarang minum air putih, terutama di cuaca panas, memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit ini.

Selain kurang cairan, pola makan tinggi garam dan protein hewani juga memicu terbentuknya batu. Garam berlebihan meningkatkan kadar kalsium dalam urine, sedangkan protein hewani meningkatkan kadar asam urat yang mempercepat proses kristalisasi.

Konsumsi makanan tinggi oksalat seperti bayam, cokelat, teh, dan kacang-kacangan juga bisa menjadi pemicu. Oksalat akan berikatan dengan kalsium di urine dan membentuk batu kalsium oksalat, jenis batu yang paling sering ditemukan.

Faktor genetik atau riwayat keluarga turut berperan dalam meningkatkan risiko seseorang terkena batu saluran kemih. Jika ada anggota keluarga yang pernah mengalaminya, maka kemungkinan besar risiko seseorang akan meningkat.

Beberapa kondisi medis tertentu, seperti infeksi saluran kemih berulang, hiperparatiroidisme, obesitas, dan gangguan metabolik, juga berpotensi mempercepat pembentukan batu. Oleh karena itu, pemeriksaan rutin sangat disarankan bagi mereka yang memiliki faktor risiko tersebut.

Gejala yang Perlu Diwaspadai

Batu saluran kemih sering kali tidak menimbulkan gejala pada tahap awal, hingga ukurannya cukup besar untuk menghambat aliran urine. Ketika itu terjadi, nyeri hebat biasanya muncul secara tiba-tiba dan menjalar ke perut bagian bawah atau selangkangan.

Nyeri tajam tersebut dikenal sebagai kolik renal, yang bisa berlangsung bergelombang dan terasa sangat menyiksa. Gejala lain yang sering muncul meliputi nyeri saat buang air kecil (dysuria), urine berwarna kemerahan atau seperti teh (hematuria), dan keinginan buang air kecil lebih sering.

Beberapa pasien juga mengalami mual, muntah, hingga demam dan menggigil, terutama jika infeksi sudah menyertai kondisi ini. Semua tanda tersebut tidak boleh diabaikan karena dapat menandakan batu telah menimbulkan sumbatan atau peradangan pada saluran kemih.

Penanganan Batu Saluran Kemih

Menurut Paulus, penanganan batu saluran kemih bergantung pada ukuran, lokasi, serta tingkat keparahan gejala. Untuk batu berukuran kecil, terapi konservatif biasanya cukup dilakukan.

“Untuk batu kecil dokter biasanya menyarankan minum air putih lebih banyak, penggunaan obat pereda nyeri, dan peluruh batu seperti tamsulosin untuk membantu batu keluar secara alami,” jelasnya.

Namun, jika batu berukuran besar atau menyebabkan nyeri berat, tindakan medis mungkin diperlukan. Salah satu metode populer adalah Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) prosedur non-invasif yang memanfaatkan gelombang kejut dari luar tubuh untuk menghancurkan batu menjadi fragmen kecil. Fragmen ini kemudian keluar melalui urine tanpa perlu operasi terbuka.

Selain ESWL, ada juga endoskopi saluran kemih (URS/RIRS) yang dilakukan dengan alat seperti teropong kecil yang dimasukkan ke dalam saluran kemih. Batu yang ditemukan dapat dihancurkan langsung menggunakan laser medis.

Untuk kasus batu berukuran besar yang tidak bisa diatasi dengan metode tersebut, dokter biasanya merekomendasikan Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL). Prosedur ini dilakukan melalui sayatan kecil di punggung untuk mengangkat batu secara langsung. Meski bersifat invasif, tindakan ini lebih aman dan pemulihannya lebih cepat dibanding operasi konvensional.

Langkah Pencegahan agar Batu Tidak Kembali

Setelah batu dikeluarkan, bukan berarti masalah selesai. Banyak pasien mengalami kekambuhan jika tidak mengubah pola hidup dan kebiasaan sehari-hari. Menurut Paulus, pencegahan yang utama adalah menjaga hidrasi tubuh dengan minum cukup air, sekitar 2–3 liter per hari.

Selain itu, penting untuk mengurangi konsumsi garam dan protein hewani, serta membatasi makanan tinggi oksalat seperti bayam, cokelat, dan kacang. “Bagi penderita yang pernah mengalami batu, disarankan melakukan pemeriksaan metabolik urine dan darah secara berkala,” ujarnya.

Beberapa langkah sederhana lain yang bisa dilakukan meliputi:

Menghindari kebiasaan menahan buang air kecil terlalu lama.

Minum air putih minimal 8–10 gelas per hari.

Mengonsumsi air jeruk nipis 2–3 kali seminggu untuk membantu melarutkan batu.

Mengurangi makanan manis dan asin berlebihan.

Mengatur konsumsi teh, kopi, atau susu cukup satu kali sehari.

Memilih makanan berserat tinggi dan rendah lemak.

Melakukan olahraga rutin agar metabolisme tetap aktif.

Rutin melakukan kontrol ke rumah sakit untuk memantau kondisi ginjal.

Kebiasaan sederhana ini terbukti efektif menurunkan risiko kekambuhan batu saluran kemih jika dilakukan secara konsisten.

Kapan Harus Segera ke Dokter

Meski sebagian besar kasus batu saluran kemih bisa diatasi dengan terapi ringan, pasien harus waspada terhadap tanda-tanda komplikasi. Segera periksa ke dokter jika muncul demam tinggi, nyeri hebat yang tidak mereda dengan obat, atau urine berdarah dalam jumlah banyak.

Kesulitan buang air kecil, nyeri tajam di punggung, atau rasa tidak nyaman di perut bagian bawah juga bisa menjadi pertanda batu masih tersisa atau ada infeksi yang berkembang.

“Pemeriksaan lebih lanjut akan membantu dokter memastikan kondisi Anda tetap stabil dan mencegah komplikasi yang lebih serius. Jangan ragu untuk melakukan kontrol sesuai jadwal dan menjaga pola makan serta asupan cairan agar proses pemulihan berjalan optimal,” saran Paulus.

Dengan mengenali gejala sejak dini dan menerapkan pola hidup sehat, batu saluran kemih dapat dicegah dan ditangani sebelum menimbulkan kerusakan lebih jauh pada ginjal.

Terkini