Sido Muncul Genjot Bahan Baku Herbal Lokal, Kurangi Ketergantungan Impor Farmasi

Kamis, 23 Oktober 2025 | 11:06:01 WIB
Sido Muncul Genjot Bahan Baku Herbal Lokal, Kurangi Ketergantungan Impor Farmasi

JAKARTA - PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) terus memperkuat posisi sebagai pemain utama di industri obat herbal nasional. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup sehat membuat permintaan produk kesehatan alami semakin tumbuh pesat.

Direktur Utama SIDO, David Hidayat, menjelaskan bahwa tren positif tersebut turut mendorong kinerja industri farmasi nasional. Menurutnya, pascapandemi, masyarakat kini lebih selektif memilih produk kesehatan yang dinilai aman dan berbasis bahan alami.

“Secara keseluruhan, industri farmasi nasional masih menunjukkan kinerja positif seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, terutama pascapandemi,” ujar David. Ia menambahkan, kondisi ini menjadi peluang besar bagi industri jamu dan suplemen berbasis herbal yang tengah naik daun.

Namun, David tak menampik adanya tantangan besar di sektor farmasi nasional, terutama terkait bahan baku. Hingga kini, sebagian besar bahan aktif untuk produk farmasi masih harus diimpor dari luar negeri.

“Untuk segmen farmasi, sebagian besar bahan aktif masih harus diimpor. Namun, segmen farmasi hanya berkontribusi sekitar 3% terhadap total pendapatan perseroan,” jelasnya.

Kemandirian Herbal Jadi Kekuatan Utama Sido Muncul

Berbeda dengan lini farmasi, bisnis herbal menjadi tulang punggung utama SIDO. Lebih dari 90% bahan baku yang digunakan perusahaan telah bersumber dari dalam negeri.

David mengungkapkan bahwa bahan baku tersebut sebagian besar berasal dari tanaman-tanaman lokal seperti jahe, kunyit, temulawak, dan berbagai rempah khas Indonesia lainnya. “Segmen herbal mayoritas menggunakan bahan baku alam dari sumber lokal. Saat ini lebih dari 90% bahan baku kami berasal dari dalam negeri,” tuturnya.

Pendekatan berbasis bahan lokal ini bukan hanya memperkuat ketahanan produksi, tetapi juga mendukung perekonomian petani lokal. Dengan begitu, rantai pasok SIDO menjadi lebih efisien dan stabil terhadap fluktuasi harga global.

SIDO juga menilai bahwa dukungan pemerintah sangat dibutuhkan agar kemandirian bahan baku dalam negeri bisa terus meningkat. Menurut perusahaan, sinergi antara pemerintah dan pelaku industri menjadi kunci untuk menciptakan ekosistem farmasi yang mandiri dan berdaya saing tinggi.

“Untuk menekan harga obat agar lebih terjangkau bagi masyarakat, perlu adanya sinergi antara pemerintah dan pelaku industri farmasi,” ungkap David. Ia menegaskan bahwa kebijakan fiskal maupun insentif khusus dapat menjadi dorongan penting untuk mempercepat pengembangan bahan baku lokal.

Dorongan Kebijakan Pemerintah untuk Kemandirian Nasional

SIDO menilai dukungan kebijakan dari pemerintah sangat vital dalam menekan harga obat dan menjaga kestabilan sektor kesehatan. Stimulus dan insentif yang tepat diyakini dapat mempercepat produksi bahan baku lokal dan mengurangi ketergantungan terhadap impor.

Selain itu, peningkatan kapasitas produksi dalam negeri juga dapat berkontribusi terhadap pengendalian inflasi di sektor kesehatan. Ketika produksi lokal meningkat, ketergantungan pada fluktuasi harga global dapat ditekan.

“Ya, bisa, karena mendorong peningkatan produksi lokal dan menurunkan ketergantungan terhadap fluktuasi harga global,” tegas David. Menurutnya, langkah strategis ini sejalan dengan visi pemerintah untuk memperkuat industri kesehatan nasional yang berdaya saing tinggi.

Di sisi lain, SIDO melihat peluang besar untuk memperluas pasar ekspor produk herbal ke luar negeri. Beberapa negara di Asia dan Timur Tengah mulai menunjukkan minat tinggi terhadap produk kesehatan alami asal Indonesia.

Potensi ekspor tersebut menjadi bagian dari strategi jangka panjang SIDO untuk memperkuat brand herbal Indonesia di pasar global. Perusahaan berkomitmen untuk terus berinovasi dan menjaga kualitas produk agar mampu bersaing di tingkat internasional.

Tiga Pilar Strategi Bisnis Hadapi Tantangan Global

Menghadapi tekanan ekonomi global dan dinamika pasar domestik, SIDO telah menyiapkan strategi berbasis tiga pilar utama. Pilar pertama adalah memperkuat portofolio produk herbal dan suplemen yang berbasis penelitian ilmiah.

Dengan memperkuat riset dan inovasi, SIDO berupaya menciptakan produk yang tidak hanya tradisional tetapi juga memiliki standar ilmiah yang diakui secara internasional. Hal ini penting untuk memperluas kepercayaan konsumen global terhadap produk herbal Indonesia.

Pilar kedua adalah peningkatan efisiensi di seluruh lini produksi dan distribusi. Optimalisasi rantai pasok diharapkan dapat menekan biaya operasional dan menjaga harga produk tetap kompetitif di pasar.

Pilar ketiga adalah memperluas ekspor ke pasar luar negeri, terutama di kawasan Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Afrika. Strategi ini dianggap sebagai langkah penting dalam memperkuat daya saing perusahaan di tingkat regional.

David menegaskan bahwa upaya memperluas ekspor ini tidak hanya sekadar memperbesar pangsa pasar, tetapi juga membuka peluang kerja sama investasi di negara tujuan. “Kami melihat peluang besar di pasar Asia dan Afrika, di mana permintaan terhadap produk herbal terus meningkat,” ujarnya.

Untuk menjaga momentum pertumbuhan, SIDO juga terus mengoptimalkan digitalisasi dalam proses penjualan dan pemasaran. Transformasi digital dianggap sebagai elemen penting dalam memperluas jangkauan produk dan memperkuat loyalitas pelanggan.

Selain itu, perusahaan juga aktif menggandeng berbagai mitra riset dan lembaga pendidikan dalam mengembangkan inovasi baru di bidang farmasi dan herbal. Kolaborasi ini diharapkan dapat mempercepat proses hilirisasi riset menjadi produk siap jual.

Dalam jangka panjang, SIDO menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih sebesar 5% pada 2025. Target ini dinilai realistis mengingat permintaan pasar terhadap produk herbal terus meningkat dan tren gaya hidup sehat semakin menguat.

SIDO juga melanjutkan program pembelian kembali saham atau buyback sebagai bentuk kepercayaan terhadap prospek bisnis perusahaan. Dari total dana yang dialokasikan, masih tersisa sekitar Rp56 miliar yang siap digunakan untuk program tersebut.

Langkah-langkah strategis ini memperlihatkan komitmen SIDO dalam menjaga stabilitas bisnis di tengah ketidakpastian ekonomi global. Dengan fokus pada bahan baku lokal, efisiensi operasional, dan inovasi produk, perusahaan optimistis mampu mempertahankan kinerja positif di masa depan.

Terkini