
JAKARTA - Tren pelemahan nilai tukar rupiah belakangan ini menjadi sorotan utama investor asing dan pemerintah. Nilai tukar yang tidak stabil membuat aliran modal ke Indonesia cenderung berhati-hati. Pemerintah pun tengah menjajaki berbagai langkah untuk menjaga rupiah tetap kuat.
Pasar saham mencatat net sell asing sebesar Rp1,70 triliun pada perdagangan Selasa, 30 September 2025. IHSG ditutup melemah 0,77% atau turun 62,18 poin ke level 8.061. Investor asing disebut sangat memperhatikan fluktuasi nilai tukar karena depresiasi tajam rupiah berpotensi menggerus imbal hasil dalam dolar AS.
Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Utama, menjelaskan bahwa rebound rupiah atau stabilitas nilai tukar akan menurunkan persepsi risiko valas. Hal ini secara langsung berpotensi meningkatkan capital inflow ke pasar saham domestik.
Baca JugaSyarat Pinjaman Danamas dan Cara Mudah Pengajuannya, Tanpa Agunan!
Faktor-Faktor Penentu Aliran Modal Asing
Meski nilai tukar menjadi faktor penting, aliran modal asing tidak hanya bergantung pada rupiah. Stabilitas fiskal, arah suku bunga, dan kepastian kebijakan pemerintah pasca reshuffle kabinet menjadi penentu utama. Investor membutuhkan kejelasan dan kredibilitas kebijakan jangka menengah.
Sejak awal tahun, net sell asing di pasar saham mencapai Rp54,74 triliun. Tahun lalu, sepanjang 2024, pasar mencatat net buy asing sebesar Rp15,74 triliun meski rupiah terdepresiasi 4,34% ke level Rp16.095 per dolar AS. Hal ini menunjukkan bahwa faktor global dan fundamental emiten juga memengaruhi keputusan investor.
Ekky menambahkan, meski Bank Indonesia (BI) dan pemerintah aktif menjaga nilai tukar, investor asing masih menunggu arah kebijakan pasca reshuffle, termasuk efektivitas stimulus dan realisasi program fiskal. Perbedaan utama tahun ini terletak pada kepercayaan terhadap kebijakan jangka menengah, bukan sekadar fluktuasi rupiah.
Upaya Pemerintah Stabilkan Rupiah
Pemerintah merencanakan pembahasan lebih lanjut terkait stabilitas rupiah setelah tren depresiasi baru-baru ini. Awalnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, dan Gubernur BI Perry Warjiyo dijadwalkan bertemu Selasa, 30 September 2025, untuk konferensi pers.
Namun, agenda tersebut diundur karena Airlangga dan Purbaya menghadiri pertemuan dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan. Meski begitu, beberapa indikator makro dan isu stabilitas rupiah sudah dibahas dalam pertemuan tersebut.
Airlangga menjelaskan bahwa pembahasan meliputi seluruh indikator makro, capital market, dan langkah stabilisasi rupiah. Pemerintah menekankan perlunya koordinasi agar pasar keuangan domestik tetap menarik bagi investor asing.
Tren Modal Asing di Pasar Keuangan
Sebelumnya, data BI mencatat modal asing keluar bersih dari pasar keuangan domestik sebesar Rp2,71 triliun pada periode 22–25 September 2025. Investor tercatat keluar dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) masing-masing sebesar Rp2,16 triliun dan Rp5,06 triliun.
Meski demikian, terdapat modal asing masuk bersih di pasar saham sebesar Rp4,51 triliun, sehingga total modal asing keluar bersih menjadi Rp2,71 triliun. Sejak awal tahun hingga 25 September 2025, modal asing keluar bersih di pasar saham dan SRBI masing-masing mencapai Rp51,34 triliun dan Rp128,85 triliun, sedangkan pasar SBN mencatat masuk bersih Rp36,25 triliun.
Data ini menunjukkan investor masih memprioritaskan pasar obligasi dan surat utang dibanding pasar saham, tergantung persepsi risiko dan prospek imbal hasil rupiah.
Prospek Aliran Modal Asing ke Depan
Ekky menilai peluang aliran modal asing masih terbuka hingga akhir 2025. Apabila The Fed menurunkan suku bunga dan pemerintah berhasil menjaga persepsi risiko fiskal tetap rendah, investor berpotensi kembali masuk ke pasar saham Indonesia.
Penting bagi pemerintah untuk menjaga kombinasi antara stabilitas nilai tukar dan kredibilitas kebijakan. Langkah ini dinilai esensial agar modal asing tidak hanya masuk sementara, tetapi berkelanjutan mendukung pertumbuhan pasar modal domestik.
Investor asing, kata Ekky, kini lebih selektif. Mereka menunggu kepastian arah kebijakan fiskal, efektivitas stimulus, dan keberlanjutan program pemerintah. Nilai tukar rupiah tetap penting, tetapi bukan satu-satunya faktor dalam pengambilan keputusan investasi.

Nathasya Zallianty
wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Proyek Waste to Energy: Solusi Atasi Sampah dan Hasilkan Energi Listrik
- Rabu, 01 Oktober 2025
Berita Lainnya
Traveloka PayLater bisa Digunakan di Mana Saja? Simak Penjelasan Berikut!
- Rabu, 01 Oktober 2025
Terpopuler
1.
Begini Cara Investasi di BCA Lewat Fitur myBCA
- 01 Oktober 2025
2.
Cara Investasi dengan Rp100 Ribu? Ini Cara Cerdas untuk Pemula!
- 01 Oktober 2025
3.
Cara Bayar Kredivo lewat Brimo dengan Mudah dan Praktis
- 01 Oktober 2025
4.
Purbaya Ungkap Harga Asli Energi dan Subsidi Pemerintah
- 01 Oktober 2025