
JAKARTA - Harga emas kembali menanjak, mencatat rekor tertinggi seiring penutupan sementara pemerintah Amerika Serikat (shutdown). Kekhawatiran pasar terhadap tertundanya rilis data ekonomi turut memicu lonjakan logam mulia ini.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas spot naik 0,1% menjadi US$3.864,60 per ons pada Rabu, 1 Januari 2025, setelah sehari sebelumnya menguat 0,7%. Sementara itu, harga perak melonjak 2% ke US$47,5598 per ons, mendekati rekor tertinggi sepanjang masa.
Lonjakan Harga Emas Sepanjang Tahun
Baca Juga
Sepanjang 2025, harga emas telah meningkat lebih dari 47%, menempatkannya pada jalur kenaikan tahunan terbesar sejak 1979. Faktor pendorong termasuk pembelian oleh bank sentral dan meningkatnya kepemilikan di dana yang diperdagangkan berbasis emas (ETF).
Reli harga ini juga didukung oleh pemangkasan suku bunga Federal Reserve, yang membuat emas semakin menarik sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian pasar.
Dampak Shutdown Pemerintah AS
Penutupan pemerintah federal di AS menjadi pemicu utama penguatan emas kali ini. Shutdown pertama dalam tujuh tahun terakhir ini mengancam rilis data ekonomi penting, termasuk angka ketenagakerjaan non-pertanian yang dijadwalkan Jumat ini.
Gedung Putih menginstruksikan lembaga pemerintah untuk melaksanakan rencana penutupan secara tertib. Risiko dari shutdown ini menimbulkan tekanan tambahan terhadap nilai dolar AS, sehingga investor mencari keamanan pada logam kuning.
Perbedaan Pandangan Federal Reserve
Situasi ini juga memunculkan perbedaan pandangan di antara pejabat Federal Reserve terkait kebijakan moneter. Presiden Fed Boston, Susan Collins, menyatakan pemangkasan suku bunga lebih lanjut mungkin diperlukan, mengingat kondisi pasar tenaga kerja yang melemah.
Sementara itu, Presiden Fed Dallas, Lorie Logan, menekankan kehati-hatian, karena inflasi masih di atas target dan pasar tenaga kerja relatif seimbang. Ketidakpastian kebijakan moneter semakin mendorong permintaan emas sebagai safe haven.
Peran Emas dan Perak di Pasar Global
Harga perak yang naik 2% tahun ini juga mencerminkan tren kuat logam mulia. Perak, meski lebih murah dari emas, naik lebih dari 60% sepanjang tahun karena faktor makroekonomi dan ketatnya pasokan global.
Lonjakan harga logam mulia ini menunjukkan posisi strategis emas dan perak sebagai lindung nilai terhadap risiko ekonomi dan ketidakpastian politik di tingkat global.
Outlook Pasar dan Investor
Investor global memperhatikan ketidakpastian ekonomi AS dan potensi volatilitas pasar akibat shutdown. Lonjakan harga emas hingga US$3.875,53 per ons sempat tercatat, menguat selama lima hari berturut-turut.
Para pelaku pasar memanfaatkan momentum ini untuk menyesuaikan portofolio, sementara analis memperingatkan agar investor tetap memperhatikan fluktuasi harga dan faktor geopolitik yang bisa memengaruhi pasar logam mulia.

Nathasya Zallianty
wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Harga Emas Perhiasan 24 Karat Tetap Stabil, Investor dan Pembeli Menahan Langkah
- Kamis, 02 Oktober 2025
Skema Angsuran KUR BRI 2025: Pinjaman Rp100 Juta Cicilan Maksimal 60 Bulan
- Kamis, 02 Oktober 2025
Terpopuler
1.
2.
Harga CPO Oktober 2025 Naik, BK dan PE Ditetapkan
- 02 Oktober 2025
3.
Shutdown AS Dorong Emas Mencetak Rekor Harga Tertinggi
- 02 Oktober 2025
4.
Rupiah Menguat, Surplus Neraca Perdagangan Dukung Penguatan
- 02 Oktober 2025