Harga CPO Tertekan Tiga Hari Beruntun, Pasar Tunggu Momentum Rebound di Akhir Pekan
- Kamis, 23 Oktober 2025

JAKARTA - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) terus mengalami tekanan dalam tiga hari terakhir. Pada Rabu, 22 Oktober 2025, harga CPO kontrak pengiriman Januari 2026 di Bursa Malaysia ditutup melemah ke posisi MYR 4.454 per ton, turun 1,13% dari perdagangan sebelumnya.
Penurunan ini menjadikan harga CPO berada di level terendah sejak 6 Oktober 2025, atau sekitar dua pekan terakhir. Koreksi berturut-turut selama tiga hari membuat nilai kontrak CPO terkikis hingga 1,42% secara kumulatif.
Tren pelemahan ini tak lepas dari tekanan di pasar minyak nabati global. Harga minyak kedelai di Bursa Dalian (China) juga mengalami koreksi sebesar 0,99%, sehingga memperlemah sentimen terhadap harga CPO di kawasan Asia.
Baca JugaHarga BBM Terbaru Oktober 2025: Pertalite Rp10.000, Pertamax Naik Jadi Rp12.800 per Liter
Kedua komoditas tersebut dikenal memiliki hubungan yang erat karena saling menggantikan dalam industri pangan dan energi. Ketika harga minyak kedelai lebih murah, maka daya tarik minyak sawit sebagai alternatif pun ikut berkurang.
Pelemahan Harga CPO dan Dampaknya ke Pasar Global
Penurunan harga CPO yang berkelanjutan membuat pelaku pasar mulai berspekulasi soal potensi perubahan tren dalam waktu dekat. Beberapa analis memperkirakan bahwa tekanan ini masih bersifat jangka pendek karena didorong oleh faktor eksternal, terutama dari fluktuasi harga minyak nabati pesaing.
Namun, jika harga kedelai terus berada di level rendah, tekanan terhadap harga CPO kemungkinan masih akan berlanjut. Sebab, sektor industri cenderung beralih ke bahan baku yang lebih murah untuk menekan biaya produksi.
Dalam konteks perdagangan internasional, harga CPO yang melemah bisa memberikan dua dampak sekaligus. Di satu sisi, negara importir akan diuntungkan karena bisa memperoleh bahan baku dengan harga lebih kompetitif. Di sisi lain, negara produsen seperti Indonesia dan Malaysia berpotensi mengalami penurunan penerimaan ekspor.
Sebagai salah satu eksportir utama minyak sawit dunia, Indonesia tentu akan mencermati perkembangan ini secara hati-hati. Harga ekspor yang lebih rendah dapat memengaruhi pendapatan petani dan industri hilir di dalam negeri.
Analisis Teknikal: CPO Masih di Zona Bullish, Tapi Rentan Koreksi
Secara teknikal, pergerakan harga CPO pada daily time frame masih menunjukkan posisi bullish meskipun dalam tren pelemahan jangka pendek. Hal ini terlihat dari indikator Relative Strength Index (RSI) yang berada di level 54.
RSI di atas angka 50 biasanya menandakan bahwa aset masih dalam area positif, namun karena jaraknya tidak terlalu jauh, kondisi ini tergolong netral cenderung bullish. Artinya, potensi kenaikan masih terbuka jika terjadi perubahan momentum dalam waktu dekat.
Sementara itu, indikator Stochastic RSI menunjukkan nilai 41, yang berarti harga berada di area jual (long) yang cukup kuat. Kondisi ini bisa menjadi sinyal awal bahwa tekanan jual mulai melemah dan kemungkinan rebound teknikal dapat terjadi dalam sesi perdagangan berikutnya.
Meski demikian, analis memperingatkan bahwa sinyal teknikal masih harus dikonfirmasi oleh volume transaksi dan pergerakan harga global. Sentimen dari komoditas sejenis seperti minyak kedelai dan minyak kanola masih akan menjadi faktor penentu arah harga CPO.
Peluang Rebound dan Level Penting yang Harus Diperhatikan
Untuk perdagangan hari ini, harga CPO diperkirakan memiliki peluang bangkit (rebound) setelah melemah selama tiga hari. Target resisten terdekat berada di kisaran MYR 4.493 per ton, yang bertepatan dengan posisi Moving Average (MA) 5.
Apabila harga berhasil menembus level tersebut, maka MA-10 di MYR 4.505 per ton menjadi target kenaikan selanjutnya. Kondisi ini bisa menjadi indikasi awal kembalinya minat beli di pasar setelah tekanan jual mereda.
Namun, apabila tekanan jual berlanjut dan harga kembali melemah, maka MYR 4.436 per ton akan menjadi support pertama yang harus dijaga. Jika level ini tertembus, maka potensi pelemahan lanjutan bisa membawa harga menuju MYR 4.411 per ton, yang menjadi support kunci berikutnya.
Analis menilai bahwa stabilitas harga CPO sangat bergantung pada keseimbangan antara permintaan global dan tingkat produksi di negara produsen utama. Ketika produksi meningkat sementara permintaan belum pulih sepenuhnya, maka risiko penurunan harga masih cukup besar.
Prospek Pasar dan Faktor Penentu Ke Depan
Meskipun saat ini harga CPO sedang melemah, prospek jangka menengah masih tergolong positif. Faktor pendukungnya antara lain adalah permintaan untuk biodiesel dan kebutuhan pangan global yang terus meningkat.
Selain itu, program energi ramah lingkungan di beberapa negara berkembang juga mendorong penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku alternatif energi. Hal ini bisa memberikan dukungan terhadap harga jika pasokan global tetap terkendali.
Namun, volatilitas harga tetap akan menjadi tantangan utama bagi pelaku pasar. Ketidakpastian ekonomi global, perubahan nilai tukar mata uang, serta kebijakan perdagangan internasional masih menjadi faktor yang perlu diwaspadai.
Bagi investor, momentum koreksi saat ini bisa dimanfaatkan untuk akumulasi posisi jangka menengah, dengan tetap memperhatikan batas risiko (stop loss) di bawah level support utama.
Bagi pelaku industri, harga CPO yang melemah dapat menjadi peluang untuk meningkatkan stok bahan baku dengan biaya yang lebih efisien, terutama bagi sektor pangan dan energi berbasis sawit.
Pasar CPO Masih Cari Keseimbangan Baru
Setelah melemah tiga hari berturut-turut, pasar CPO kini memasuki fase penentuan arah di akhir pekan. Jika momentum teknikal mendukung, peluang rebound terbuka lebar, meskipun ruang penguatan masih terbatas.
Kombinasi antara sentimen global, faktor teknikal, dan kebijakan perdagangan akan menjadi kunci dalam menentukan pergerakan harga berikutnya. Sementara itu, pelaku pasar disarankan tetap waspada menghadapi volatilitas jangka pendek yang masih tinggi.
Dengan dinamika pasar yang terus berubah, CPO kini berada di persimpangan antara potensi pemulihan dan risiko koreksi lanjutan. Semua bergantung pada bagaimana pasar global merespons sinyal ekonomi dalam beberapa hari mendatang.

Nathasya Zallianty
wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Update Harga Emas Antam Hari ini, 23 Oktober 2025: Naik ke Rp2,32 Juta per Gram
- Kamis, 23 Oktober 2025
Harga Perak Hari Ini Rp25.950 per Gram, Turun Rp2.400 tapi Tetap Diburu Investor
- Kamis, 23 Oktober 2025
GoPay Merchant Dorong UMKM Manfaatkan Transaksi Digital Dengan Praktis
- Kamis, 23 Oktober 2025
DANA Permudah Transfer Antar E-Wallet, Aman dan Praktis Bagi Pengguna
- Kamis, 23 Oktober 2025
Berita Lainnya
Deretan Perumahan Murah di Garut, Harga Mulai Rp55 Juta hingga Rp150 Juta per Unit
- Kamis, 23 Oktober 2025
Pemerintah Pastikan Tarif Listrik Subsidi Tetap Stabil Sepanjang Tahun 2025
- Kamis, 23 Oktober 2025
Wisata Mangrove Labuhan Bangkalan Jadi Contoh Nyata Energi Hijau di Madura
- Kamis, 23 Oktober 2025