Kamis, 23 Oktober 2025

Harga Komoditas Dunia Bergerak Campuran, Minyak dan Batu Bara Menguat di Tengah Tekanan Pasar

Harga Komoditas Dunia Bergerak Campuran, Minyak dan Batu Bara Menguat di Tengah Tekanan Pasar
Harga Komoditas Dunia Bergerak Campuran, Minyak dan Batu Bara Menguat di Tengah Tekanan Pasar

JAKARTA - Pergerakan harga komoditas global pada penutupan perdagangan Rabu, 22 Oktober 2025, menunjukkan tren yang bervariasi. Beberapa komoditas energi utama seperti minyak mentah, batu bara, dan minyak kelapa sawit (CPO) mencatatkan penguatan, sementara logam industri seperti nikel dan timah justru mengalami pelemahan.

Kondisi ini menggambarkan dinamika pasar global yang masih dipengaruhi oleh faktor geopolitik dan perubahan permintaan energi dunia. Investor terlihat lebih berhati-hati dalam mengambil posisi di tengah ketegangan ekonomi yang melibatkan negara-negara produsen sumber daya utama.

Kenaikan harga energi menjadi sorotan utama karena memberikan sinyal adanya potensi peningkatan permintaan di kuartal akhir tahun. Di sisi lain, penurunan harga logam menunjukkan adanya penyesuaian akibat perlambatan sektor industri global.

Baca Juga

Harga BBM Terbaru Oktober 2025: Pertalite Rp10.000, Pertamax Naik Jadi Rp12.800 per Liter

Para pelaku pasar juga menilai bahwa kebijakan sanksi ekonomi, perubahan kurs dolar, dan fluktuasi pasokan turut memengaruhi arah harga komoditas pada pekan ini. Dengan pergerakan yang beragam, pasar komoditas masih menunjukkan karakter dinamis menjelang penutupan Oktober 2025.

Minyak Mentah Melanjutkan Tren Positif

Harga minyak mentah dunia memperpanjang penguatannya pada penutupan perdagangan Rabu, 22 Oktober 2025. Dorongan utama berasal dari langkah Amerika Serikat yang memberlakukan sanksi baru terhadap Rusia terkait konflik Ukraina, yang menargetkan sejumlah perusahaan minyak besar.

Kebijakan tersebut memicu kekhawatiran akan berkurangnya pasokan minyak global dalam waktu dekat. Dampaknya, harga minyak Brent dan West Texas Intermediate (WTI) kembali naik signifikan di pasar internasional.

Mengutip laporan pasar, harga minyak mentah Brent naik USD 3,03 atau 4,94 persen menjadi USD 64,35 per barel setelah penyelesaian perdagangan pada pukul 18.00 EDT atau 22.00 GMT. Sementara itu, harga minyak mentah Amerika Serikat jenis WTI meningkat USD 1,42 atau 2,43 persen menjadi USD 59,92 per barel.

Kenaikan tersebut menandai penguatan dua hari berturut-turut setelah sempat mengalami tekanan akibat perlambatan permintaan global. Para analis memperkirakan, jika sanksi terhadap Rusia berlanjut, harga minyak dapat bertahan di level tinggi dalam beberapa pekan ke depan.

Faktor geopolitik yang kompleks juga berpotensi memengaruhi strategi produksi negara-negara anggota OPEC+. Beberapa pihak memprediksi bahwa stabilitas pasokan akan menjadi isu utama hingga akhir 2025 mendatang.

Dengan harga yang cenderung menguat, pelaku pasar minyak tetap mencermati kemungkinan adanya kebijakan baru yang bisa memengaruhi keseimbangan suplai dan permintaan global. Ketidakpastian inilah yang menjadikan pasar minyak tetap menjadi sorotan investor dunia.

Batu Bara dan CPO Ikut Menguat di Tengah Optimisme Pasar

Selain minyak, harga batu bara juga mencatatkan kenaikan tipis pada perdagangan Rabu, 22 Oktober 2025. Berdasarkan catatan bursa ICE Newcastle di Australia, harga batu bara kontrak pengiriman November 2025 naik 0,19 persen menjadi USD 106,7 per ton.

Kenaikan kecil ini menunjukkan adanya sinyal pemulihan permintaan dari sejumlah negara Asia yang sedang memasuki musim dingin. Lonjakan kebutuhan energi listrik membuat batu bara tetap menjadi sumber energi andalan meski tekanan terhadap energi fosil masih kuat.

Sementara itu, harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) juga ikut bergerak naik pada perdagangan Kamis, 23 Oktober 2025. Berdasarkan data perdagangan, harga CPO tercatat naik 1,2 persen menjadi MYR 4.423 per ton.

Peningkatan harga CPO dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan dari sektor industri makanan dan bahan bakar nabati (biofuel). Negara-negara pengimpor utama seperti India dan China juga memperkuat pembelian mereka menjelang akhir tahun.

Analis memperkirakan harga CPO masih berpotensi stabil dalam jangka menengah. Pasalnya, faktor cuaca dan pasokan minyak nabati lain seperti kedelai turut berperan dalam menentukan pergerakan harga di pasar global.

Selain itu, kebijakan ekspor dari negara produsen utama juga menjadi faktor penting dalam menjaga keseimbangan pasokan. Kenaikan harga CPO memberikan dampak positif bagi perekonomian negara produsen yang bergantung pada komoditas ini.

Nikel dan Timah Melemah, Tekanan Industri Masih Terasa

Berbeda dengan komoditas energi, logam dasar seperti nikel dan timah justru mengalami penurunan harga pada penutupan perdagangan Rabu, 22 Oktober 2025. Berdasarkan data London Metal Exchange (LME), harga nikel turun 0,08 persen menjadi USD 15.163 per ton.

Penurunan ini disebabkan oleh melemahnya permintaan industri baja tahan karat dan sektor baterai kendaraan listrik. Sejumlah pabrik juga dilaporkan menurunkan kapasitas produksinya karena tekanan biaya yang meningkat di tengah harga energi yang masih tinggi.

Selain nikel, harga timah juga menutup perdagangan dengan penurunan kecil. Menurut catatan LME, harga timah melemah 0,10 persen menjadi USD 35.364 per ton.

Meski penurunannya tidak signifikan, tren ini menunjukkan adanya konsolidasi harga setelah beberapa bulan sebelumnya sempat mengalami reli panjang. Investor cenderung mengambil langkah hati-hati karena permintaan industri elektronik global masih belum pulih sepenuhnya.

Faktor lain yang memengaruhi penurunan harga logam adalah menguatnya nilai dolar Amerika Serikat. Ketika dolar menguat, harga komoditas yang diperdagangkan dalam mata uang tersebut cenderung turun karena menjadi lebih mahal bagi pembeli dari luar negeri.

Para analis memperkirakan, tekanan terhadap harga logam mungkin masih akan berlangsung dalam jangka pendek. Namun, jika permintaan dari sektor teknologi meningkat, nikel dan timah berpeluang rebound menjelang akhir tahun.

Kinerja komoditas global yang beragam ini menjadi refleksi dari ketidakpastian ekonomi dunia menjelang penutupan 2025. Dengan kondisi geopolitik yang masih bergejolak, pelaku pasar akan terus mencermati setiap kebijakan yang bisa memengaruhi arah harga energi dan logam dalam waktu dekat.

Komoditas Global di Persimpangan

Secara keseluruhan, perdagangan komoditas pada minggu keempat Oktober menunjukkan arah yang beragam antara sektor energi dan logam. Kenaikan harga minyak, batu bara, dan CPO memberi sinyal positif terhadap permintaan energi dan bahan baku industri.

Sebaliknya, pelemahan harga nikel dan timah menjadi cerminan bahwa sektor manufaktur global belum sepenuhnya pulih dari tekanan ekonomi. Ketidakseimbangan ini diperkirakan masih akan membayangi pergerakan pasar hingga kuartal terakhir tahun ini.

Dengan fluktuasi yang cukup tajam, investor disarankan untuk tetap memantau perkembangan faktor eksternal seperti sanksi ekonomi, nilai tukar dolar, dan kebijakan ekspor negara produsen. Kombinasi faktor-faktor tersebut akan terus menentukan arah harga komoditas global ke depan.

Perdagangan komoditas kini tidak hanya menjadi indikator ekonomi semata, tetapi juga mencerminkan arah geopolitik dan strategi energi dunia. Pergerakan harga yang variatif pada akhir Oktober ini menjadi sinyal penting bagi para pelaku pasar dalam menyusun strategi investasi menjelang akhir tahun.

Nathasya Zallianty

Nathasya Zallianty

wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

5 Pilihan Rumah Murah di Kotawaringin Timur, Harga Mulai Rp 135 Juta

5 Pilihan Rumah Murah di Kotawaringin Timur, Harga Mulai Rp 135 Juta

Deretan Perumahan Murah di Garut, Harga Mulai Rp55 Juta hingga Rp150 Juta per Unit

Deretan Perumahan Murah di Garut, Harga Mulai Rp55 Juta hingga Rp150 Juta per Unit

Pemerintah Pastikan Tarif Listrik Subsidi Tetap Stabil Sepanjang Tahun 2025

Pemerintah Pastikan Tarif Listrik Subsidi Tetap Stabil Sepanjang Tahun 2025

Wisata Mangrove Labuhan Bangkalan Jadi Contoh Nyata Energi Hijau di Madura

Wisata Mangrove Labuhan Bangkalan Jadi Contoh Nyata Energi Hijau di Madura

Harga Acuan Batu Bara Oktober 2025 Naik Lagi, Sinyal Positif bagi Industri Tambang Nasional

Harga Acuan Batu Bara Oktober 2025 Naik Lagi, Sinyal Positif bagi Industri Tambang Nasional