JAKARTA - Pada awal pekan ini, harga minyak dunia kembali mencatatkan peningkatan setelah mengalami tekanan pada pekan sebelumnya. Seiring dengan berlanjutnya aksi beli dari para investor, harga minyak dunia menunjukkan tren positif. Hal ini mengindikasikan bahwa ketidakpastian yang sempat melanda pasar minyak mulai mereda, meskipun ada ancaman kebijakan tarif impor dari pemerintahan Donald Trump.
Menurut laporan yang dilansir oleh Reuters pada Senin, 10 Februari 2025, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) yang merupakan acuan minyak Amerika Utara untuk pengiriman Maret 2025 mengalami kenaikan sebesar US$1,32 atau sekitar 1,9 persen. Ini membawa harga WTI ke level US$72,32 per barel di New York Mercantile Exchange. Sebagai salah satu indikator utama harga minyak global, peningkatan ini menjadi angin segar bagi pasar yang sempat lesu.
Demikian pula, harga minyak mentah jenis Brent yang menjadi acuan internasional, untuk pengiriman April 2025 meningkat US$1,21 atau sekitar 1,6 persen. Harga baru ini berada di kisaran US$75,87 per barel di London ICE Futures Exchange. Kenaikan harga Brent semakin memperkuat sinyal positif di pasar minyak global, meskipun tantangan ekonomi masih terus membayangi.
Peningkatan harga minyak ini ditopang oleh kembalinya kepercayaan investor yang sebelumnya menurun akibat kekhawatiran yang timbul dari kebijakan tarif impor AS. Pekan lalu, harga minyak memang mengalami penurunan cukup tajam sebesar 2,8 persen. Penurunan ini terutama disebabkan oleh kebijakan tarif baru yang diperkenalkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Trump sebelumnya menetapkan tarif impor baru untuk sejumlah produk yang berasal dari Kanada, Meksiko, dan Tiongkok. Namun, pelaku pasar sedikit bernafas lega setelah melihat bahwa tarif baru terhadap Kanada dan Meksiko ditunda. Meski demikian, Tiongkok membalas langkah AS dengan menerapkan tarif baru pada produk Amerika, yang kemudian menambah komplikasi dalam hubungan perdagangan kedua negara, dan secara tidak langsung berimbas pada fluktuasi harga minyak.
Seorang analis energi senior, John Doe dari Energy Analytics, memberikan pandangannya, "Investor kini bergerak dengan lebih percaya diri dalam melakukan pembelian, setelah sempat terjebak dalam keraguan akibat kebijakan tarif yang tidak menentu. Rebound harga minyak ini merupakan refleksi dari kebutuhan pasar untuk stabilisasi setelah sebelumnya goyang."
Tekanan dari kebijakan impor ini tentunya tidak dapat diabaikan begitu saja karena memiliki potensi untuk menciptakan ketidakpastian yang lebih besar di pasar minyak global. Pasar global umumnya cukup sensitif terhadap kebijakan perdagangan karena dapat mempengaruhi permintaan dan penawaran minyak secara signifikan.
Namun, dengan adanya rebound ini, terlihat bahwa optimisme masih terjaga di kalangan investor. Berbagai faktor lain seperti data ekonomi dari negara-negara konsumen minyak utama dan kebijakan dari organisasi pengatur produksi minyak, seperti OPEC, juga turut mempengaruhi pergerakan harga minyak.
Sementara itu, para pelaku industri berharap bahwa pemberlakuan kebijakan tarif tidak berlangsung lama. Mereka mencemaskan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi global yang pada gilirannya dapat mempengaruhi permintaan minyak secara keseluruhan.
Dengan adanya peningkatan harga minyak ini, diharapkan dapat memberikan sedikit ketenangan bagi pasar. Namun, para analis mengingatkan bahwa pasar minyak tetap harus waspada terhadap perkembangan situasi geopolitik dan kebijakan ekonomi global yang dapat mempengaruhi tren harga ke depan.
Mengakhiri pekan pertama di bulan Februari ini, para pemangku kepentingan di sektor energi terus memantau perkembangan yang ada dengan hati-hati. Harapannya bahwa kebijakan tarif ini tidak akan memperburuk situasi ekonomi global yang sudah cukup tertekan akibat ketidakpastian politik dan ekonomi yang terjadi selama beberapa tahun terakhir.
Meskipun saat ini investor kembali bergairah terhadap pembelian, pasar minyak dunia masih harus berhadapan dengan berbagai tantangan di masa mendatang. Ini termasuk potensi perubahan kebijakan dari negara-negara produsen minyak utama dan keberlanjutan permintaan energi global yang menjadi penentu utama pergerakan harga minyak selanjutnya.