JAKARTA - Harga batu bara dunia kembali menunjukkan penguatan signifikan setelah sempat tertekan selama beberapa hari. Berdasarkan data perdagangan pada Rabu, 15 Oktober 2025, harga batu bara tercatat naik 2,32% ke level US$108 per ton.
Lonjakan ini memutus tren pelemahan selama tiga hari berturut-turut yang sebelumnya membuat harga batu bara turun sebesar 0,66%. Dengan capaian ini, harga penutupan Rabu menjadi yang tertinggi sepanjang bulan Oktober 2025.
Penguatan harga ini menunjukkan adanya perubahan sentimen positif di pasar energi global. Banyak pelaku industri menilai bahwa kenaikan tersebut menjadi sinyal awal dari kemungkinan stabilisasi harga komoditas energi menjelang akhir tahun.
Sentimen Positif dari China Dorong Penguatan Pasar Batu Bara
Dilaporkan, harga batu bara termal di pelabuhan-pelabuhan utara China atau northern China ports turut mengalami kenaikan. Sentimen pasar membaik seiring meningkatnya optimisme terhadap permintaan listrik di kawasan tersebut.
Kenaikan harga di China juga didorong oleh ketatnya suplai domestik akibat pembatasan produksi selama inspeksi tambang berlangsung. Kondisi ini membuat pelaku pasar mulai beralih ke impor untuk memenuhi kebutuhan batu bara mereka.
Beberapa perusahaan utilitas di China disebut telah mendekati pasar internasional untuk menambah pasokan. Langkah ini sekaligus membantu meredam kekurangan batu bara lokal dan menjaga kestabilan harga di pasar global.
Namun, analis memperingatkan bahwa tren penguatan ini masih bisa berubah sewaktu-waktu. Jika tidak ditopang oleh fundamental yang kuat seperti pertumbuhan permintaan nyata atau dukungan kebijakan, kenaikan harga bisa bersifat sementara.
Kondisi pasar yang masih rentan ini membuat pelaku industri cenderung berhati-hati dalam mengambil keputusan pembelian. Margin impor yang tipis dan biaya logistik yang tinggi juga menjadi pertimbangan penting dalam strategi perdagangan batu bara saat ini.
Permintaan Listrik Naik, Produksi Domestik China Justru Melemah
Peningkatan harga batu bara saat ini tidak lepas dari melemahnya produksi domestik di China. Pemerintah setempat tengah melakukan inspeksi ketat terhadap tambang-tambang batu bara, yang menyebabkan turunnya volume produksi di beberapa wilayah utama.
Akibatnya, banyak utilitas beralih pada pasokan impor untuk menjaga kestabilan pasokan listrik. Meningkatnya impor ini membantu menyeimbangkan pasar global, namun juga memberikan tekanan pada negara-negara eksportir yang menghadapi permintaan tinggi secara tiba-tiba.
Para analis mencatat bahwa ekspektasi terhadap permintaan listrik musim dingin menjadi salah satu pendorong utama kenaikan harga. Pasar berharap kebutuhan listrik yang meningkat akan menjaga harga tetap stabil hingga akhir tahun.
Namun, mereka juga mengingatkan bahwa bila pasokan kembali normal, harga bisa turun kembali dalam waktu singkat. Fluktuasi ini membuat banyak perusahaan energi lebih memilih strategi jangka pendek untuk menghindari kerugian mendadak.
Industri Baja Masih Tertahan, Permintaan Batu Bara Kokas Belum Pulih
Sementara harga batu bara termal mengalami penguatan, sektor batu bara kokas belum menunjukkan tanda-tanda peningkatan yang signifikan. Industri baja, sebagai pengguna utama batu bara kokas, masih cenderung membatasi pembelian bahan baku.
Banyak pabrik baja memilih strategi konservatif karena margin keuntungan yang masih sangat terbatas. Meskipun harga kokas sedikit pulih, pelaku industri belum berani melakukan pembelian besar untuk menambah stok.
Data menunjukkan bahwa produksi baja mentah (crude steel) di berbagai negara, termasuk China, masih mengalami penurunan atau stagnasi. Kondisi ini menyebabkan tekanan terhadap permintaan batu bara kokas tetap tinggi dan membatasi ruang bagi kenaikan harga.
Rebound harga yang terjadi pada pertengahan Oktober lebih disebabkan oleh sentimen pasar dan ekspektasi kebijakan pemerintah, bukan karena dorongan permintaan yang nyata. Oleh karena itu, kenaikan harga diprediksi masih bersifat sementara hingga muncul sinyal pemulihan yang lebih kuat.
Jika permintaan dari industri baja tetap lemah, pasokan batu bara berpotensi kembali melimpah. Situasi ini bisa menekan harga global lagi, terutama bagi produsen berbiaya tinggi atau tambang dengan efisiensi rendah.
Kebijakan Kirgizstan Jadi Faktor Tambahan di Pasar Batu Bara Regional
Selain dinamika di China, kebijakan ekspor di Kirgizstan turut mempengaruhi pergerakan harga batu bara di kawasan regional. Negara tersebut untuk sementara waktu melarang ekspor beberapa jenis batu bara melalui jalur darat.
Langkah ini diambil untuk mencegah potensi kekurangan pasokan di dalam negeri. Pemerintah Kirgizstan ingin menjaga kestabilan harga domestik selama periode musim gugur hingga musim dingin 2025–2026.
Meski begitu, larangan ini hanya berlaku untuk ekspor menggunakan transportasi darat seperti truk. Ekspor melalui jalur kereta api dan penjualan batu bara halus (fine coal) tetap diizinkan dan berjalan seperti biasa.
Pemerintah setempat menegaskan bahwa kebijakan ini bersifat sementara dan akan dicabut ketika situasi pasokan sudah kembali stabil. Namun, langkah tersebut tetap memberikan dampak psikologis bagi pelaku pasar karena mengindikasikan potensi pengetatan suplai di kawasan Asia Tengah.
Kebijakan seperti ini juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi harga internasional. Dengan adanya pembatasan ekspor, pasokan batu bara untuk pasar global menjadi lebih terbatas, sehingga mendorong harga naik dalam jangka pendek.
Outlook: Harga Batu Bara Masih Bisa Berbalik Arah
Secara keseluruhan, tren kenaikan harga batu bara pada pertengahan Oktober 2025 menunjukkan adanya reaksi pasar terhadap kombinasi faktor domestik dan global. Ketatnya pasokan di China, kebijakan ekspor di Kirgizstan, serta optimisme terhadap peningkatan konsumsi listrik menjadi pemicu utamanya.
Namun, analis menilai bahwa kenaikan ini belum sepenuhnya mencerminkan perubahan fundamental pasar. Jika permintaan industri tidak segera pulih, maka harga batu bara masih berisiko mengalami penurunan kembali pada akhir kuartal IV.
Pelaku pasar disarankan untuk tetap memantau kebijakan produksi dan ekspor dari negara-negara utama. Selain itu, kondisi cuaca ekstrem dan tren penggunaan energi bersih juga akan memengaruhi arah harga batu bara dalam beberapa bulan mendatang.
Untuk saat ini, pasar batu bara memang tengah menikmati kenaikan harga yang cukup menonjol. Akan tetapi, tanpa dukungan fundamental yang kuat, reli ini bisa berakhir cepat — meninggalkan volatilitas tinggi bagi para pelaku industri energi global.