Kamis, 16 Oktober 2025

Tren Penerbitan Obligasi Korporasi 2025 Diprediksi Makin Menarik Bagi Investor

Tren Penerbitan Obligasi Korporasi 2025 Diprediksi Makin Menarik Bagi Investor
Tren Penerbitan Obligasi Korporasi 2025 Diprediksi Makin Menarik Bagi Investor

JAKARTA - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memprediksi tren penerbitan obligasi atau surat utang korporasi masih akan prospektif di sisa tahun 2025. Hal ini sejalan dengan kebutuhan refinancing yang tinggi di kuartal IV-2025.

Chief Economist Pefindo, Suhindarto, menyebutkan masih terdapat Rp 44,57 triliun surat utang korporasi yang jatuh tempo pada kuartal keempat. Jumlah ini setara 27,6% dari total Rp 161,22 triliun sepanjang tahun fiskal 2025.

Faktor refinancing menjadi pendorong utama perusahaan untuk kembali menggalang dana di pasar surat utang. Dengan begitu, obligasi tetap menjadi instrumen strategis bagi korporasi yang membutuhkan likuiditas cepat.

Baca Juga

Strategi Pemerintah Dorong Ekonomi 8 Persen Lewat Program Inovatif dan UMKM

Dukungan Suku Bunga Rendah

Suhindarto mencermati, suku bunga acuan yang telah diturunkan lima kali sepanjang tahun ini turut mendorong tren penerbitan surat utang. Penurunan suku bunga membuat biaya dana bagi perusahaan menjadi lebih rendah.

“Hal ini dapat mendorong perusahaan untuk menggalang dana di pasar surat utang korporasi,” ujar Suhindarto dalam konferensi pers virtual Pefindo, Kamis, 16 Oktober 2025. Kondisi ini membuat penerbitan obligasi menjadi lebih ekonomis dan menarik.

Yield benchmark Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun yang melandai juga menjadi katalis positif bagi surat utang korporasi. Saat ini, yield SUN 10 tahun sudah berada mendekati 6%, sehingga pembentukan kupon obligasi menjadi lebih murah.

Suku bunga rendah diharapkan memperbaiki leverage keuangan perusahaan. Dengan begitu, premi yang diminta investor tidak setinggi level tiga tahun terakhir.

Penggalangan Dana di Dalam Negeri

Suhindarto menambahkan, perusahaan cenderung mencari pendanaan dari domestik di tengah volatilitas nilai tukar dan suku bunga yang menurun. Strategi ini membuat perusahaan lebih nyaman menggalang dana untuk mendukung operasional dan ekspansi usaha.

“Sehingga akhirnya membuat perusahaan lebih favorable untuk mencari penggalangan di dalam negeri,” kata Suhindarto. Tren ini juga didukung oleh perbaikan prospek sektor riil yang semakin positif.

Investor pun menunjukkan minat yang meningkat terhadap surat utang korporasi domestik. Manajer investasi mulai beralih (switch) dari surat utang pemerintah ke pasar korporasi untuk mencari return lebih tinggi.

Dengan penurunan suku bunga, perusahaan dapat memanfaatkan kondisi pasar untuk menerbitkan obligasi dengan kupon yang kompetitif. Hal ini sekaligus menjadi peluang menarik bagi investor yang mengejar keuntungan optimal.

Prospek Aktivitas Pasar dan Sektor Riil

Selain faktor suku bunga, aktivitas sektor riil diperkirakan memiliki prospek yang lebih baik di sisa 2025. Kondisi ini mendukung penguatan pasar surat utang korporasi dan memberikan keyakinan bagi investor.

Premi yang diperkirakan melandai membuat surat utang korporasi menjadi instrumen lebih efisien. Investor bisa menikmati tingkat pengembalian yang menarik dengan risiko yang lebih terkendali dibanding periode sebelumnya.

Permintaan investor terhadap surat utang korporasi diperkirakan meningkat signifikan. Hal ini karena manajer investasi mencari instrumen dengan return lebih tinggi dibandingkan obligasi pemerintah.

Pergerakan investor menuju pasar surat utang korporasi menjadi sinyal positif bagi korporasi untuk menerbitkan obligasi tambahan. Dengan demikian, likuiditas pasar diperkirakan tetap terjaga hingga akhir tahun fiskal 2025.

Katalis Positif Lain di Pasar Obligasi

Selain refinancing dan suku bunga rendah, faktor lain yang menjadi katalis positif adalah penurunan yield SUN 10 tahun. Kondisi ini membuat pembentukan kupon obligasi korporasi semakin kompetitif.

Investor semakin tertarik berpartisipasi karena risiko dan imbal hasil menjadi lebih seimbang. Tren ini memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk memperkuat struktur keuangan dan menurunkan beban bunga.

Kondisi pasar yang kondusif juga memicu perusahaan untuk lebih agresif merencanakan penerbitan obligasi. Strategi ini tidak hanya untuk refinancing, tetapi juga untuk ekspansi usaha dan penguatan modal kerja.

Dengan demikian, tren obligasi korporasi di kuartal IV-2025 diprediksi akan tetap prospektif. Investor maupun perusahaan sama-sama diuntungkan dari kondisi pasar yang mendukung ini.

Nathasya Zallianty

Nathasya Zallianty

wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Harga Emas Pegadaian Naik Signifikan, Investor Tertarik Koleksi Logam Mulia

Harga Emas Pegadaian Naik Signifikan, Investor Tertarik Koleksi Logam Mulia

Livin Fest 2025 Resmi Dibuka, Bank Mandiri Rayakan 27 Tahun Sinergi Majukan Negeri

Livin Fest 2025 Resmi Dibuka, Bank Mandiri Rayakan 27 Tahun Sinergi Majukan Negeri

Bank Mandiri Perkuat Peran Sebagai Mitra Strategis Pemerintah Lewat Akselerasi Ekspor Digital di TEI 2025

Bank Mandiri Perkuat Peran Sebagai Mitra Strategis Pemerintah Lewat Akselerasi Ekspor Digital di TEI 2025

BUMN Bidik Talenta Global, Pandu Patria Tegaskan Prioritas Tetap untuk Anak Bangsa

BUMN Bidik Talenta Global, Pandu Patria Tegaskan Prioritas Tetap untuk Anak Bangsa

Harga Bitcoin dan Kripto Melemah, Investor Tunggu Arah Baru Pasar Global

Harga Bitcoin dan Kripto Melemah, Investor Tunggu Arah Baru Pasar Global