
JAKARTA - Memasuki pekan kedua September 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menghadapi potensi tekanan yang cukup signifikan. Perdagangan Senin, 8 September 2025, diproyeksikan berlangsung hati-hati setelah IHSG pada pekan lalu ditutup melemah 0,23% ke level 7.867. Tekanan jual yang terjadi pada Kamis, 4 September 2025, semakin memperlihatkan kerentanan indeks di tengah derasnya capital outflow dan ketidakpastian global.
Sejumlah analis menilai, peluang pelemahan masih terbuka dengan IHSG diperkirakan menguji area 7.729–7.772 pada awal pekan ini. Kondisi ini menandakan pasar saham domestik berada dalam fase rawan koreksi, meski peluang penguatan jangka pendek tetap ada.
Proyeksi Pergerakan IHSG
Baca Juga
Analis dari MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menjelaskan bahwa IHSG berpotensi bergerak dalam dua skenario. Dalam kondisi terburuk, indeks disebut sudah menyelesaikan wave [b] dari wave 2 atau wave 4, sehingga rawan terkoreksi lebih dalam menuju rentang 7.233–7.534.
Namun, masih ada kemungkinan skenario terbaik. Jika koreksi berlangsung pendek, IHSG berpeluang kembali menguat setelah menguji area 7.729–7.772 dan kemudian melanjutkan kenaikan menuju 8.008–8.102. Dengan demikian, pergerakan indeks pada Senin ini diperkirakan berada di level support 7.781 dan 7.680, dengan resistance 7.943 dan 8.008.
Sementara itu, riset dari Pilarmas Investindo Sekuritas memproyeksikan pelemahan IHSG akan cenderung terbatas dengan kisaran support dan resistance di level 7.600–7.900.
Faktor yang Mempengaruhi Pasar
Pergerakan IHSG selama sepekan ke depan diyakini tidak lepas dari berbagai sentimen global maupun domestik. Ada empat faktor utama yang dinilai berpengaruh besar, antara lain:
Harga komoditas dunia serta fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Rilis data ekonomi China, khususnya terkait neraca dagang dan inflasi yang dapat memicu sentimen regional.
Data cadangan devisa dan penjualan ritel Indonesia, yang menjadi indikator kekuatan fundamental ekonomi domestik.
Rilis data inflasi Amerika Serikat, yang dapat memengaruhi arah kebijakan suku bunga The Fed.
Kombinasi faktor-faktor tersebut diyakini akan menjadi penentu arah pergerakan pasar saham Indonesia sepanjang minggu ini.
Rekomendasi Saham
Meski indeks berpotensi melemah, sejumlah saham masih dinilai menarik untuk dicermati investor. Dari Pilarmas Investindo, rekomendasi jatuh pada PT Essa Industries Indonesia Tbk (ESSA), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), dan PT MD Pictures Tbk (FILM).
Herditya dari MNC Sekuritas juga memberikan pilihannya pada saham PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR), PT Essa Industries Indonesia Tbk (ESSA), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), dan PT Rukun Raharja Tbk (RAJA).
Rekomendasi Teknikal
ADMR (Buy on Weakness)
Saham ADMR terkoreksi ke level 1.025 dengan volume penjualan meningkat. Posisi saat ini diperkirakan berada di awal wave [b] dari wave B.
Buy on Weakness: 990–1.020
Target Price: 1.110, 1.145
Stoploss: di bawah 985
ESSA (Buy on Weakness)
ESSA menguat 2,54% ke 605 dengan volume pembelian meningkat. Posisi diperkirakan masih berada pada bagian wave [c].
Buy on Weakness: 575–600
Target Price: 660, 695
Stoploss: di bawah 565
GOTO (Spec Buy)
GOTO naik 1,72% ke 59 meski pergerakan masih sideways. Selama bertahan di atas 56, saham ini diperkirakan berada di awal wave (iii).
Spec Buy: 57–59
Target Price: 62, 65
Stoploss: di bawah 56
RAJA (Buy on Weakness)
Saham RAJA menguat 0,37% ke 2.710 dengan volume pembelian meningkat. Posisi diperkirakan berada di awal wave [v] dari wave A.
Buy on Weakness: 2.640–2.690
Target Price: 3.000, 3.200
Stoploss: di bawah 2.570
Kondisi Pasar dan Cadangan Devisa
Pada awal September 2025, pasar keuangan Indonesia tertekan oleh aliran modal asing keluar (capital outflow) yang cukup besar. Dalam tiga hari pertama, tercatat jual bersih sebesar Rp16,85 triliun, sehingga secara kumulatif year to date, outflow meningkat di saham maupun Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Meski demikian, Surat Berharga Negara (SBN) masih menunjukkan beli bersih.
Tekanan tersebut berdampak pada nilai tukar rupiah yang melemah di kisaran Rp16.410–Rp16.430 per dolar AS. Kondisi ini juga mendorong kenaikan yield SBN dan premi Credit Default Swap (CDS).
Prospek Ekonomi dan Penilaian Lembaga Rating
Bank Indonesia baru-baru ini merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional untuk 2025 menjadi di bawah 5,1 persen. Pelemahan ini terkait dengan kondisi global yang memburuk serta potensi perlambatan konsumsi domestik.
Di sisi lain, Fitch Ratings menyoroti risiko sosial yang dapat memperburuk profil kredit Indonesia jika berlarut-larut. Gejolak politik maupun sosial dinilai dapat menekan sentimen bisnis, mengurangi investasi langsung asing, serta meningkatkan ketergantungan pada aliran portofolio untuk menutup defisit transaksi berjalan.
Meski demikian, Fitch tetap menegaskan bahwa cadangan devisa Indonesia masih cukup kuat untuk menopang stabilitas, sehingga peringkat utang Indonesia dipertahankan di level BBB dengan outlook stabil. Keputusan ini dianggap memberi sedikit optimisme bagi pasar modal domestik.
IHSG pada awal pekan ini diperkirakan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah. Investor disarankan lebih berhati-hati, sembari mencermati peluang di saham-saham pilihan yang berpotensi bergerak positif meskipun indeks tertekan.
Sentimen global dan domestik masih akan menjadi faktor kunci, mulai dari inflasi AS, data ekonomi China, hingga cadangan devisa Indonesia. Dengan ketidakpastian yang tinggi, strategi “buy on weakness” bisa menjadi langkah rasional bagi investor untuk tetap menjaga portofolio tetap sehat.

Nathasya Zallianty
wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
KAI Catat Peningkatan Penumpang Divre III Palembang Libur Panjang
- 08 September 2025
2.
Cara Praktis Batalkan Tiket Kereta Api Melalui KAI Access
- 08 September 2025
3.
PTPP Pacu Pembangunan Jalan Tol IKN dengan Inovasi Modern
- 08 September 2025
4.
Wijaya Karya Berupaya Kembali Perdagangan Saham di BEI
- 08 September 2025
5.
Jasa Marga Catat Lonjakan Arus Balik Libur Panjang 2025
- 08 September 2025