BPJS Kesehatan Masuk Nominasi Nobel Peace Prize, Ini Makna dan Dampaknya
- Rabu, 15 Oktober 2025

JAKARTA - Kabar mengejutkan datang dari BPJS Kesehatan yang disebut masuk dalam nominasi Nobel Peace Prize 2025. Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ghufron Mukti, akhirnya buka suara terkait isu ini.
Ghufron menyatakan, kabar BPJS masuk nominasi benar dan bukan klaim semata. Meskipun Komite Nobel tidak pernah mengumumkan daftar nominasi hingga 50 tahun kemudian, pihak yang berhak mengusulkan boleh menyatakan calon.
Menurut Ghufron, BPJS Kesehatan masuk daftar nominasi membawa dampak positif bagi kesadaran publik. Hal ini menunjukkan pentingnya nilai gotong royong yang menjadi fondasi sistem jaminan kesehatan nasional.
Baca JugaMandiri Bakti Kesehatan Sasar 7.000 Penerima Manfaat di 12 Wilayah Indonesia
“Dampaknya tentu kita lebih aware dan sadar. Masyarakat pun tahu bahwa BPJS Kesehatan itu sebenarnya tidak hanya menjalankan nilai-nilai gotong royong yang tumbuh di Indonesia,” ujarnya.
Solidaritas dan Kebahagiaan Sosial Sebagai Landasan Nominasi
Ghufron menekankan, semangat kebersamaan dan solidaritas sosial yang dijalankan BPJS sejalan dengan Flourishing Index dari Harvard University. Indeks ini menunjukkan bahwa kebahagiaan sejati muncul dari kohesivitas sosial dan tolong-menolong.
“Dengan masuknya BPJS Kesehatan sebagai nominasi, peluang di masa depan tetap terbuka jika belum terpilih, dan sangat pantas untuk itu,” tambahnya. BPJS dinilai memiliki dampak sosial yang lebih luas dibanding program mikro kredit Grameen Bank.
BPJS Kesehatan tidak hanya menyediakan akses layanan kesehatan, tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi kemiskinan. Ratusan juta peserta kini dapat mengakses layanan kesehatan secara cepat dan merata.
Pandangan Pakar Internasional Tentang Kelayakan BPJS
Prof. Mike Hardy, pakar perdamaian dari Centre for Peace and Security, Coventry University, menilai BPJS layak mendapat perhatian dunia melalui nominasi Nobel. Menurutnya, Nobel Peace Prize tidak hanya tentang mengakhiri perang, tetapi juga mempromosikan kesehatan sosial dan hubungan antar-manusia.
“Ketika Alfred Nobel memulai Nobel Peace Prize lebih dari seratus tahun lalu, ia menetapkan tiga kriteria yang jelas. Tidak hanya soal menghentikan perang, tetapi juga memperkuat kesehatan dan hubungan antar komunitas,” kata Hardy.
Kriteria pertama Nobel mengakui organisasi atau individu yang mempromosikan kesehatan dan solidaritas sosial. BPJS, menurut Hardy, melakukan hal itu melalui dukungan bersama dan kepedulian terhadap kesehatan masyarakat.
Keberhasilan BPJS juga mendorong negara lain mempelajari sistem kesehatan Indonesia. Nilai gotong royong yang diterapkan kini menjadi contoh positif di tingkat global.
Soft Power dan Dampak Kemanusiaan BPJS
Kriteria kedua Nobel menekankan pengurangan ketergantungan pada kekuatan militer. Fokus diberikan pada soft power, yaitu membangun nilai-nilai baik dan hubungan damai antar masyarakat.
Hardy menyebut, BPJS Kesehatan berperan besar dalam membangun hubungan sosial yang harmonis melalui pelayanan kesehatan. Sistem ini memperkuat solidaritas dan kohesi sosial yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
BPJS juga berkontribusi pada Indeks Kemakmuran Global yang dikembangkan Harvard University. Peningkatan posisi Indonesia di indeks tersebut menunjukkan perhatian besar terhadap kesehatan dan kesejahteraan rakyat.
Kriteria ketiga Nobel menyoroti keberlanjutan organisasi dalam mempromosikan keamanan dan kesehatan. BPJS Kesehatan telah membuktikan hal ini di tingkat nasional maupun global melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Dampak Sosial dan Harapan Masa Depan
BPJS Kesehatan dinilai sejalan dengan misi kemanusiaan global, mirip kontribusi World Food Programme yang pernah menerima Nobel. Hardy menekankan, hal terpenting bukan soal kemenangan, tetapi dampak nyata yang telah diberikan BPJS kepada masyarakat.
“Beberapa tahun lalu, Nobel Peace Prize diberikan kepada World Food Programme yang membantu orang-orang menderita di seluruh dunia. Jadi, bagi saya, tidak mengejutkan jika BPJS Kesehatan menjadi nominasi untuk penghargaan Nobel,” ujarnya.
Ghufron berharap nominasi ini meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya sistem kesehatan berbasis gotong royong. Dengan meningkatnya perhatian masyarakat, semangat kebersamaan dan solidaritas sosial diharapkan terus tumbuh.
BPJS Kesehatan juga menunjukkan bahwa inovasi sosial dapat berdampak luas. Dari penyediaan layanan kesehatan hingga menciptakan lapangan kerja, kontribusi BPJS dirasakan langsung oleh masyarakat yang sebelumnya sulit mengakses layanan.
Selain dampak kesehatan, BPJS juga memperkuat kapasitas negara dalam menjamin kesejahteraan rakyat. Sistem ini menjadi bukti bahwa upaya kolektif dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara signifikan.
Dengan masuknya BPJS Kesehatan dalam nominasi Nobel Peace Prize, institusi ini semakin diakui di tingkat global. Kesadaran akan nilai gotong royong dan solidaritas sosial menjadi sorotan utama, menunjukkan bahwa inovasi sosial Indonesia bisa memberi inspirasi dunia.

Nathasya Zallianty
wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Tren Harga Emas Perhiasan Oktober 2025, 24 Karat Tetap Di Atas Rp2 Juta
- Rabu, 15 Oktober 2025
Penurunan Daya Beli Masyarakat Jadi Pemicu Pertumbuhan Kredit Multifinance Lambat
- Rabu, 15 Oktober 2025
BEI Hentikan Sementara Saham MORA dan ASPI Usai Lonjakan Harga Signifikan
- Rabu, 15 Oktober 2025
Berita Lainnya
Pemerintah Perkuat Program MBG dengan Anggaran, SDM, dan Infrastruktur Memadai
- Rabu, 15 Oktober 2025
Pemerintah Siapkan Rumah Subsidi Vertikal 45 Meter untuk Keluarga Menengah
- Rabu, 15 Oktober 2025
DPR Rampungkan Revisi UU Migas, Dorong Investasi Energi Nasional Lebih Cepat
- Rabu, 15 Oktober 2025
Program Magang Nasional Batch Kedua Siap Tingkatkan Kompetensi Fresh Graduate
- Rabu, 15 Oktober 2025
Langkah Indonesia di Gaza, Prabowo Tegaskan Pasukan Siap Dikirim Segera
- Rabu, 15 Oktober 2025