Kamis, 30 Oktober 2025

Rupiah Melemah Tipis ke Rp16.633 per Dollar AS, Prospek Menguat Masih Terbuka

Rupiah Melemah Tipis ke Rp16.633 per Dollar AS, Prospek Menguat Masih Terbuka
Rupiah Melemah Tipis ke Rp16.633 per Dollar AS, Prospek Menguat Masih Terbuka

JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mengalami pelemahan pada perdagangan pasar spot, Rabu, 29 Oktober 2025. Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.29 WIB, rupiah diperdagangkan di level Rp16.633 per dollar AS, melemah 25 poin atau 0,15 persen dibandingkan penutupan sebelumnya Rp16.608 per dollar AS.

Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, memproyeksikan rupiah berpotensi menguat dalam waktu dekat. Menurutnya, sentimen global dan kondisi pasar menjadi faktor penting dalam menentukan arah pergerakan mata uang domestik.

Pergerakan rupiah kali ini terjadi di tengah antisipasi pasar terhadap hasil positif dari perundingan dagang antara China dan AS. Ekspektasi tersebut mendorong sentimen risk on, meski pelemahan tetap terjadi secara tipis.

Baca Juga

Easycash Apakah Aman dan Terdaftar OJK? Ketahui 6 Hal Berikut

Selain itu, pasar juga menantikan keputusan kebijakan suku bunga dari Federal Reserve (The Fed) pada hari yang sama. Investor memprediksi adanya kemungkinan pemangkasan suku bunga, yang bisa memengaruhi aliran modal dan nilai tukar rupiah.

Ekspektasi Pasar dan Faktor Fundamental

Menurut Lukman, range pergerakan rupiah pada hari ini diperkirakan berada di kisaran Rp16.550 hingga Rp16.650 per dollar AS. Rentang ini mencerminkan volatilitas yang masih moderat, di tengah sentimen global yang terus berubah.

Data kurs tengah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) mencatat posisi rupiah pada Selasa, 28 Oktober 2025, berada di Rp16.628 per dollar AS. Posisi ini sedikit menguat dibandingkan Senin, 27 Oktober 2025, yang tercatat pada Rp16.628 per dollar AS, menandakan fluktuasi harian yang relatif stabil.

Ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed dipandang sebagai peluang bagi mata uang domestik untuk kembali menguat. Namun, investor juga berhati-hati terhadap potensi volatilitas jangka pendek akibat sentimen global.

Selain faktor global, kondisi ekonomi domestik seperti inflasi dan neraca perdagangan juga ikut memengaruhi pergerakan rupiah. Kondisi ini menjadi pertimbangan bank-bank besar dalam menentukan kurs jual dan beli mata uang asing.

Kurs Rupiah di Bank-Bank Besar

Di sisi perbankan, kurs rupiah hari ini dipatok berbeda-beda di sejumlah bank besar di Indonesia. Bank Rakyat Indonesia (BRI) menjual dollar AS pada level Rp16.640 dan membeli pada Rp16.613 per dollar AS, sedangkan Bank Mandiri mematok kurs jual di Rp16.615 dan kurs beli Rp16.585 per dollar AS.

Bank Negara Indonesia (BNI) menetapkan kurs jual di Rp16.643 dan kurs beli Rp16.623 per dollar AS. Sementara itu, Bank Central Asia (BCA) menjual dollar AS pada Rp16.638 dan membeli pada Rp16.618. CIMB Niaga mematok kurs jual di Rp16.638 dan kurs beli Rp16.627 per dollar AS.

Perbedaan kurs jual dan beli ini mencerminkan strategi masing-masing bank dalam menghadapi permintaan dan penawaran dollar AS. Investor ritel dan korporasi perlu memperhatikan perbedaan ini agar bisa mendapatkan nilai tukar yang optimal.

Likuiditas dollar AS di pasar domestik juga memengaruhi kurs di bank. Peningkatan permintaan dollar oleh importir atau investor bisa menimbulkan tekanan terhadap rupiah.

Selain itu, kebijakan The Fed dan aliran modal global menjadi faktor utama yang dapat menekan atau mendorong rupiah dalam jangka pendek. Investor terus memantau berita ekonomi internasional untuk menyesuaikan strategi transaksi mata uang.

Prospek Rupiah dan Strategi Investor

Analis memperkirakan rupiah masih berpeluang menguat jika perundingan dagang China-AS menunjukkan hasil positif. Optimisme ini menjadi katalis bagi aliran modal asing masuk ke Indonesia, mendukung stabilitas mata uang domestik.

Namun, risiko pelemahan tetap ada apabila keputusan The Fed mengejutkan pasar dengan sinyal yang lebih agresif. Investor disarankan tetap waspada dan menyesuaikan strategi hedging untuk memitigasi risiko volatilitas.

Penguatan rupiah juga bisa didorong oleh inflow dari investor asing melalui pasar saham dan obligasi. Aliran modal ini akan membantu menjaga likuiditas rupiah di pasar domestik.

Di sisi lain, tekanan terhadap rupiah bisa muncul dari permintaan dollar untuk impor atau kebutuhan luar negeri lainnya. Bank sentral perlu memantau kondisi ini untuk menjaga kestabilan nilai tukar.

Dengan strategi pengelolaan risiko yang tepat, investor dapat memanfaatkan fluktuasi kurs untuk transaksi bisnis dan investasi. Pemahaman terhadap faktor global maupun domestik menjadi kunci bagi pengambilan keputusan yang optimal.

Sentimen positif dari kesepakatan dagang dan potensi pemangkasan suku bunga The Fed menjadi indikator utama pergerakan rupiah ke depan. Investor dan pelaku pasar diharapkan memanfaatkan peluang ini sambil tetap menjaga kewaspadaan terhadap volatilitas.

Nathasya Zallianty

Nathasya Zallianty

wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Tabel Angsuran Easycash (Terbaru 2025), Bunga dan Cara Pengajuan

Tabel Angsuran Easycash (Terbaru 2025), Bunga dan Cara Pengajuan

Nabung Emas di Shopee Untung atau Rugi? Simak Cara dan Syaratnya

Nabung Emas di Shopee Untung atau Rugi? Simak Cara dan Syaratnya

Nabung Emas di Shopee Untung atau Rugi? Simak Cara dan Syaratnya

Nabung Emas di Shopee Untung atau Rugi? Simak Cara dan Syaratnya

ULTJ Catat Kenaikan Laba Bersih Kuartal III-2025 Meski Pendapatan Menurun

ULTJ Catat Kenaikan Laba Bersih Kuartal III-2025 Meski Pendapatan Menurun

Bank Permata Resmi Angkat Ahmad Mikail Madjid Sebagai Direktur Periode 2025–2028

Bank Permata Resmi Angkat Ahmad Mikail Madjid Sebagai Direktur Periode 2025–2028