Cadangan Pasir Silika Indonesia Dinilai Kunci Industri Chip Global dan Kemandirian Teknologi Nasional
- Jumat, 19 Desember 2025
JAKARTA - Di tengah persaingan global penguasaan teknologi tinggi, Indonesia ternyata menyimpan potensi besar yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Cadangan pasir silika nasional dinilai dapat menjadi fondasi penting bagi pengembangan industri semikonduktor dan ekosistem teknologi masa depan.
Isu ini mencuat ketika pemerintah menyoroti ketergantungan Indonesia terhadap produk teknologi impor. Padahal, bahan baku utama industri chip justru tersedia melimpah di dalam negeri.
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki cadangan pasir silika yang sangat besar. Jumlahnya bahkan mencapai ratusan juta ton dan dinilai strategis bagi industri semikonduktor.
Baca JugaMeningkatkan Nilai Ekonomi Kebun Teh Rakyat Lewat Pelestarian Ekologi
Nezar menyebut cadangan pasir silika nasional mencapai sekitar 340 juta ton. Bahan ini memiliki kandungan silikon dioksida tinggi yang sangat dibutuhkan dalam pembuatan chip.
“Saat ini kita punya 340 juta [ton] cadangan pasir silika, itu sangat penting dalam pembuatan chips,” kata Nezar. Pernyataan tersebut disampaikannya dalam sebuah diskusi publik di Jakarta.
Diskusi tersebut mengangkat tema peta jalan kecerdasan artifisial nasional. Forum ini menjadi ruang refleksi tentang kesiapan Indonesia dalam membangun kemandirian teknologi.
Pasir Silika sebagai Fondasi Industri Semikonduktor
Nezar menjelaskan bahwa pasir silika merupakan bahan baku utama dalam produksi wafer silikon. Wafer silikon inilah yang menjadi dasar dari seluruh rangkaian chip semikonduktor.
Di dalam wafer tersebut, jutaan sirkuit terpadu dicetak dalam skala nano. Sirkuit ini kemudian menjadi otak dari berbagai perangkat elektronik modern.
Chip semikonduktor digunakan hampir di seluruh aspek kehidupan. Mulai dari ponsel pintar, kendaraan listrik, peralatan medis, hingga sistem kecerdasan buatan.
Meski memiliki bahan baku strategis, Indonesia belum memiliki industri semikonduktor yang terintegrasi. Kondisi ini dinilai ironis di tengah kekayaan sumber daya alam yang dimiliki.
“Kita belum ada yang masuk untuk membangun satu industri semikonduktor, misalnya,” ujar Nezar. Pernyataan ini mencerminkan tantangan besar yang masih dihadapi Indonesia.
Ketergantungan pada impor chip membuat Indonesia rentan terhadap gejolak global. Gangguan rantai pasok internasional dapat berdampak langsung pada industri nasional.
Nezar menilai peluang membangun industri semikonduktor seharusnya terbuka lebar. Ketersediaan pasir silika menjadi modal awal yang sangat penting.
Namun, membangun industri ini tidak hanya soal bahan baku. Dibutuhkan investasi besar, sumber daya manusia, serta ekosistem riset dan teknologi yang kuat.
Hilirisasi yang Belum Maksimal
Nezar mengaku prihatin melihat kondisi pengelolaan sumber daya mineral Indonesia. Menurutnya, banyak komoditas strategis belum diolah menjadi produk bernilai tambah.
Selain pasir silika, Indonesia juga memiliki cadangan nikel dan timah yang melimpah. Namun, sebagian besar masih diekspor dalam bentuk mentah atau setengah jadi.
Akibatnya, nilai ekonomi terbesar justru dinikmati oleh negara lain. Negara tujuan ekspor mengolah bahan mentah tersebut menjadi produk teknologi bernilai tinggi.
Nezar mencontohkan pasir silika Indonesia yang diekspor ke berbagai negara. Cina, negara-negara Eropa, hingga Jepang menjadi tujuan utama ekspor komoditas ini.
Di negara-negara tersebut, pasir silika diolah menjadi wafer silikon dan komponen teknologi canggih. Produk akhirnya kemudian kembali diimpor oleh Indonesia dengan harga jauh lebih mahal.
“Ini cukup menyedihkan sebetulnya,” ungkap Nezar. Ia menilai kondisi ini mencerminkan lemahnya strategi hilirisasi nasional.
Menurut Nezar, pola seperti ini tidak boleh terus berlanjut. Indonesia perlu keluar dari jebakan sebagai pemasok bahan mentah semata.
“Nah saya kira ini harus dihentikan,” tegasnya. Ia menekankan pentingnya perubahan arah kebijakan industri nasional.
Hilirisasi dinilai menjadi kunci agar Indonesia bisa masuk ke rantai pasok global. Dengan demikian, nilai tambah ekonomi dapat dinikmati di dalam negeri.
Dorongan Masuk Rantai Pasok Global Teknologi
Nezar menilai hilirisasi pasir silika harus menjadi prioritas strategis. Setidaknya, Indonesia bisa mengambil peran dalam tahapan awal industri semikonduktor.
Masuk ke rantai pasok global tidak harus langsung memproduksi chip canggih. Tahap awal seperti pemurnian silikon dan produksi wafer sudah menjadi langkah besar.
Dengan langkah tersebut, Indonesia dapat meningkatkan daya saing industrinya. Selain itu, ketergantungan terhadap impor produk teknologi dapat dikurangi.
Nezar menekankan pentingnya keberanian mengambil keputusan besar. Pembangunan industri semikonduktor memerlukan visi jangka panjang dan konsistensi kebijakan.
Ia juga menyoroti perlunya kolaborasi lintas sektor. Pemerintah, swasta, akademisi, dan lembaga riset harus bergerak bersama.
Pengembangan sumber daya manusia menjadi faktor krusial. Industri semikonduktor membutuhkan tenaga ahli dengan keahlian tinggi dan spesifik.
Selain itu, regulasi yang mendukung investasi juga sangat diperlukan. Kepastian hukum dan insentif menjadi daya tarik utama bagi investor global.
Nezar menilai momentum transformasi digital harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Kecerdasan buatan dan teknologi digital akan semakin membutuhkan chip dalam jumlah besar.
Jika tidak bergerak sekarang, Indonesia berisiko tertinggal lebih jauh. Negara lain terus berlomba mengamankan rantai pasok semikonduktor global.
Dengan cadangan pasir silika yang besar, Indonesia sebenarnya memiliki posisi tawar yang kuat. Potensi ini dapat menjadi pintu masuk menuju kemandirian teknologi.
Nezar berharap diskusi publik seperti ini dapat membuka kesadaran bersama. Kesadaran bahwa kekayaan alam harus dikelola untuk masa depan bangsa.
Hilirisasi bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga soal kedaulatan teknologi. Dengan mengolah sumber daya sendiri, Indonesia dapat menentukan arah pembangunannya.
Langkah menuju industri semikonduktor memang tidak mudah. Namun, Nezar menegaskan bahwa peluang besar ini tidak boleh disia-siakan.
Dengan strategi yang tepat, Indonesia berpotensi menjadi bagian penting dari ekosistem teknologi global. Cadangan pasir silika yang melimpah bisa menjadi titik awal perubahan besar.
Nathasya Zallianty
wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Ramalan Zodiak 19 Desember 2025: Keberuntungan Finansial dan Energi Positif Stabil
- Jumat, 19 Desember 2025
Tahun 2026 Kuda Api: 6 Shio Ini Diprediksi Raih Keberuntungan Berlipat Ganda
- Jumat, 19 Desember 2025
Berita Lainnya
Pemerintah Perluas Proyek Sampah Jadi Listrik PSEL ke 10 Wilayah Aglomerasi
- Jumat, 19 Desember 2025
Listrik Murah dan Energi Bersih: PLTS Atap Jadi Solusi Hemat Biaya Perusahaan
- Jumat, 19 Desember 2025
Harga BBM Nonsubsidi Naik Awal Desember 2025, Ini Daftar Lengkap Harga Pertamina
- Jumat, 19 Desember 2025











